Senin, 27 Desember 2010

KEWAJIBAN MENCINTAI & MEMULIAKAN AHLI BAIT NABI SAW

Ketahuilah, bahwa mencintai ahli bait Nabi saw dan anak keturunan beliau adalah kewajiban seluruh umat Islam. Dalam beberapa ayat Al-Quran dan sunnah Nabi saw terkandung anjuran mencintai mereka dan perintah untuk mengasihi mereka. Hal ini telah diterapkan oleh kalangan sahabat terkemuka dan generasi tabi'in serta para imam salaf yang mendapat petunjuk. Diantara ayat-ayat al-Quran yang menunjukkan kewajiban mencintai mereka adalah firman Allah SWT kepada Nabi-Nya saw: Katakanlah (Muhammad), "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu imbalan pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan." (Asy-Syuura, 42:23) Imam Ahmad, Thabrani, dan Hakim menyampaikan bahwasanya ketika ayat ini turun, mereka (para sahabat) bertanya: "Wahai Rasulullah, siapa keluargamu yang harus kami kasihi? Beliau bersabda: "Ali, Fathimah, dan kedua anaknya." Adapun hadis-hadis yang menunjukkan kewajiban mencitai mereka cukup banyak, di antaranya adalah hadis yang diriwayatkan dari Abbas bin Abdul Muthalib bahwa Nabi saw bersabda: "Ada apa dengan kaum-kaum yang begitu ada seorang dari keluargaku duduk dengan mereka maka mereka menghentikan pembicaraan mereka? Demi Allah yang jiwa di tangan-Nya, tidaklah iman masuk ke dalam hati seseorang hingga dia mencintai mereka (Ahli bait Nabi) karena Allah lantaran keluargaku."
Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw bersabda: "Cintailah Allah lantaran berbagai nikmat-Nya yang dilimpahkan kepada kalian, cintailah aku karena cinta kepada allah, dan cintailah keluargaku lantaran cinta kepadaku."
Dari Ibnu Umar ra bahwa dia mengatakan: kata-kata terakhir yang diucapkan Nabi saw adalah, "Hendaknya kalian menggantikanku dalam keluargaku."
Thabrani dan Abu Syaikh menyampaikan bahwasanya Nabi saw bersabda: "Sesungguhnya Allah SWT memiliki tiga kehormatan. Siapa yang menjaganya maka Allah menjaga agama dan dunianya. dan siapa yang tidak menjaganya, maka Allah tidak menjaga agama dan dunianya." Beliau ditanya: Apa tiga kehormatan itu? Beliau bersabda: "Kehormatan Islam, kehormatanku, dan kehormatan keluargaku."
Rasulullah saw bersabda: "Tidaklah beriman seorang hamba hingga aku lebih dicintainya dari pada dirinya sendiri, anak keturunanku lebih dicintainya dari pada anak keturunannya, dan ahli baitku lebih dicintainya dari pada ahlibaitnya."

Ucapan Sahabat

Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq ra bahwa dia mengatakan: "Awasilah Muhammad saw pada keluarga beliau. Maksudnya: jagalah beliau dengan mencintai mereka, maka janganlah kalian menyakiti mereka. Abu Bakar ra mengatakan: Demi (Allah) yang jiwaku di tangan-Nya, keluarga Rasulullah saw benar-benar lebih aku cintai untuk aku kasihi dari pada keluargaku."

Ucapan Ulama

Dalam kumpulan fatwa Imam al-'Allamah Khatimul Muhaqqiqin Ahmad ibnu Hjaar ra disebutkan bahwa dia ditanya: Mana yang lebih utama antara syarif (keluarga dan keturunan Nabi saw) yang bodoh dengan orang berilmu yang aktif? Mana dari keduanya yang lebih layak untuk dihormati jika sedang berkumpul? Atau bila hendak disajikan minuman kopi misalnya kepada keduanya maka mana yang lebih layak untuk diberi terlebih dahulu? Atau jika seseoranghendak mencium tangan, mana dari keduanya yang layak dicium lebih dulu?
Ibnu Hajar ra menjawab dengan perkataannya: "Pada keduanya terdapat keutamaan yang agung. Seorang syarif disebabkan dalam dirinya terdapat bagian yang mulia yang tidak dapat dibandingkan dengan apa pun. Di samping itu sebagian ulama berkata, "Keturunan Rasulullah saw tidak dapat dibandingkan dengan apa pun.' Sedangkan seorang ulama yang mengamalkan ilmunya, disebabkan dapat memberi manfaat bagi orang-orang Islam dan memberi petunjuk orang-orang sesat. Maka mereka adalah penerus dan pewaris ilmui dan pengetahuan para rasul. Hendaknya setiap orang memberikan hak-hak keduanya - yakni para ulama dan syarif berupa penghormatan dan pengagungan. Sedang jika keduanya bertemu dalam suatu majelis maka seorang syarif lebih didahulukan, karena sabda saw, 'Dahulukan kabilah Quraisy, dan karena di dalamnya terdapat bagian yang mulia (Rasululah saw).
Junjungan kami al-Imam Hujjatul Islam Al-Ghazali rhm berkata, "Keutamaan nasab itu dari tiga sisi, pertama, kembalinya nasab itu kepada pohon silsilah Rasulullah saw, hal ini tidak ada yang menandingi. Kedua, kembalinya nasab itu kepada para ulama, karena mereka adalah pewaris para nabi, shalawat dan salam Allah atas mereka. Ketiga, Kembalinya mereka kepada orang-orang saleh dan bertakwa. Alalh swt berfirman, "Dan dulu (kakek) dari keduanya adalah orang yang saleh." (Al-Kahfi, 18:82)

Seorang ulama, al-'Allamah al-Muhaqqiq ad-da'i ilallah al-Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith ketika di tanya apakah boleh mencium tangan ahli bait Nabi saw? Maka beliau menjawab, "Iya. itu dibolehkan, bahkan selayaknya dilakukan, karena ciuman ini bernilai ibadah dan sebagai bentuk sayang kepada Al-Habib Al-A'zham saw. Allah berfirman: "Katakanlah Muhammad, "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu imbalan pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan. (asy-Syuro, 42: 23) Dalilnya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Hakim dan Baihaqi yang menurut Ibnu asakir dan Ibnu Abdil Barr hadis shahih, dari Sya'bi bahwa dia mengatakan: "Setelah Zaid bin Tsabit menshalati jenazah ibunya, baghalnya didekatkan kepadanya untuk ditungganginya. Ibnu Abbas ra datang keapdanya dan hendak mengambilkan pelananya. Zaid ra berkata, 'Biarkan saja, wahai anak paman Rasulullah saw. Lalu dia berkata, 'Beginilah yang kami lakukan terhadap ulama.' Zaid MENCIUM TANGAN Ibnu Abbas ra dan berkata: 'Beginilah yang diperintahkan untuk kami lakukan terhadap keluarga (ahli bait) Nabi kita saw." Sudah menajdi ketetapan di antara ulama hadis bahwasanya jika seorang sahabat mengatakan, "Kami diperintahkan begini." maka ini dinilai sebagai hadis marfu' (terhubung kepada Nabi saw). Demikian fatwa Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith.

Sayyidina asy-Syeikh al-Imam al-'Allamah al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi berwasiat untuk pecintanya Syeikh Ahmad ali Makarim dengan pesan: "Berbuat baiklah terhadap ahli bait Rasulullah yang akan membawa kepada puncak kemenangan dan kebahagiaan, serta pencapaian maqam yang tertinggi. Karena berbuat baik terhadap mereka seperti berbuat baik terhadap kakek mereka yang mulia saw. Dan berbuat baik terhadap Rasulullah saw adalah keutamaan yang tak dapat diucapkan dengan lisan. Jadilah orang-orang yang mencintai dan berbuat baik terhadap mereka, serta mengambi petunjuk dari mereka. Cintailah mereka dengan sebenar-benarnya. dahulukan mereka dari kerabat yang kau cintai. Jika melihat kelakuan mereka akan menyebabkan berburuk sangka, maka bawalah prasangka itu kepada hal-hal yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar