Minggu, 02 Januari 2011

KAROMAH PARA WALI

Kita harus meyakini bahwa karomah para wali itu benar. Maksudnya, dibolehkan dan terjadi pada saat mereka hidup dan setelah mereka mati. Karomah itu bermuara pada kekuasaan Allah SWT dan kekuasaan-Nya layak untuk itu. Adapun dalil atas terjadinya karomah ada dua perkara:
Pertama, yaitu yang disampaikan oleh allah SWT dalam al-Quran Al-Aziz, seperti kisah Maryam. Allah SWT berfirman: Setiap kali Zakaria masuk menemuinya di mihrab (kamar khusus ibadah), dia dapati makanan di sisinya. Dia berkata, "Wahai Maryam! Dari mana ini engkau peroleh?" Dia (Maryam) menjawab, "Itu dari Allah." Sesungguhnya Allah memberi rezeki yang tak terhitung kepada siapa yang Dia kehendaki. (Ali Imran, 3: 37)
Para ahli tafsir mengatakan; saat itu di sisinya ada buah-buahan musim dingin pada musim panas, dan buah-buhan musim panas pada musim dingin. Itu sampai kepadanya melalui cara yang tidak biasa, dan itulah kemuliaan (karomah) yang dianugerahkan Allah SWT kepadanya.
Dalil lainnya adalah kisah para penghuni gua. Allah SWT menyebutkan kisah ini dalam kitab-Nya, bahwasanya mereka tidur selama tigaratus sembilan tahun tanpa menyantap makanan tidak pula minuman, dan bahwasanya Allah SWT yang mengatur sendiri dengan membalikkan mereka ke kanan dan ke kiri tanpa sebab apa pun, agar badan mereka tidak sakit. Saat matahari terbit dan terbenam, Allah menajdikannya tidak mengenai tempat keberadaan mereka untuk menjaga mereka dari panas matahari yang menyakiti mereka.
Di antara yang disebutkan oleh Allah SWT dalam Al-Quran juga tentang karomah Khidir, karomah Dzul Qarnain dan karomahAshif bin Barkhiya yang memiliki ilmu dari kitab.
Kedua, yang diriwayatkan secara mutawatir tentang karomah para sahabat, generasi tabiin, dan orang-orang setelah mereka hingga sekarang ini, yang memenuhi berbagai penjuru, dan dibawa mengembara oleh para pengembara. Bukhari meriwayatkan dalam bukunya Ash-Shahiih bahwa sayyidina Khubaib makan buah yang ada bukan pada musimnya, yaitu saat dia menjadi tawanan di Mekah dengan kondisi terikat rantai besi, dan padahal Mekah pada saat itu tidak ada buah. Ini tidak lain meupakan rezeki yang dianugerahkan Allah kepadanya, dan ini merupakan karomahnya.
Bukhori juga meriwayatkan bahwa Sayidina Ashim bin Tsabit ra ketika terbunuh kaum musyrikin hendak mengambil sepotong dari jasadnya. Namun kemudian Allah mengutus kepadanya seperti naungan dari belakang, yaitu sekawanan lebah atau lalat kerbau, lalu melindunginya dari kaum musyrikin. Akhirnya mereka tidak mampu mengusiknya sama sekali. Ini merupakan karomah Ashim ra setelah dia wafat.
Dari Anas ra bahwasanya dia mengatakan : Usaid bin Hudhair dan Abbad bin Bisyr bersama Rasulullah saw pada malam gelap gulita. keduanya berbincang di tempat beliau hingga begitu keduanya keluar, tongkat salah seorang dari keduanya menyinari mereka berdua sehingga keduanya dapat berjalan di bawah pancaran sinarnya. Begitu keduanya berpisah jalan, tongkat masing-masing dari keduanya menyinarinya hingga dapat berjalan di bawah pancaran sinarnya.
Dan lain-lainnya dari karomah para sahabat rodhiyallahu anhum ajma'in.
Karomah para wali cukup banyak dan tak terhitung jumlahnya serta tidak mungkin dapat dipungkiri lantaran keseluruhannya diriwayatkan secara mutawatir. Di antara mereka ada yang masuk ke dalam kobaran api namun tidak berpengaruh kepadanya, di antara mereka ada yang melalui tangannya orang yang mati dapat hidup kembali, di antara mereka ada yang memiliki kekuatan fisik, di antara mereka ada yang berjalan di udara dan air, di antara mereka ada yang dipatuhi oleh jin, dan karomah lainnya yang diriwayatkan secara mutawatir secara pasti tanpa ada keraguan padanya tidak pula perlu diperdebatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar