Selasa, 28 Desember 2010

ILMU TASAWUF

Tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui tata cara meniti jalan pengabdian kepada Raja seluruh raja. Atau tasawuf adalah penjernihan batin dari berbagai kenistaan dan menghiasinya dengan berbagai macam keutamaan. Dasarnya adalah Al-Quran dan Sunnah. Imam Junaid bin Muhammad Al-Baghdady ra mengatakan: "Ilmu kita ini terikat denga Al-Quran dan Sunnah. Siapa yang tidak hafal Al-Quran namun dia mencari hadis, maka dia tidak mendapatkan bagian dari ilmu ini. Secara global dapat dikatakan bahwa tasawuf awalnya adalah ilmu, pertengahannya amal, dan akhirnya adalah anugerah, buahnya adalah pencapaian ilmu ladunni yang dilimpahkan oleh Allah ke dalam hati siapa pun yang dikehendaki-Nya di antara para wali-Nya. Ini berdasarkan firman Allah SWT: Dan bertakwalah kepada Allah, dan Allah pun mengajarimu. (Al-Baqoroh, 2: 282). Juga berdasarkan sabda Nabi saw: "Siapa yang mengamalkan apa yang diketahuinya, maka Allah mewariskan kepadanya ilmu tentang apa yang tidak diketahuinya."

Dalam sebuah kajian di kota Solo, Jawa tengah, Habib Umar bin Muhammad bin salim bin hafidz telah menjelaskan sejarah terbentuknya thariqah tersebut. Berikut saduran ceramah ilmiah beliau:
Jika berbicara tentang thariqoh berarti kita sedang membicarakan inti sari dan ruh Islam serta tujuan akhir seorang muslim di dalam hubungannya dengan Allah SWT.
Sebelum membahas lebih jauh permasalahan ini, pertama-tama kita harus mengetahui bahwa wahyu yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw berisi hukum-hukum yang berhubungan dengan jasmani dan hukum-hukum yang berhubungan dengan permasalahan hati; bagaimana kondisi hatinya terhadap Allah di saat dia beramal.
Hukum-hukum yang berhubungan dengan perbuatan anggota tubuh ini selanjutnya dikenal dengan nama FIQIH atau fiqhuzh zhahir. Sedangkan hukum-hukum yang berhubungan dengan sifat-sifat hati, selanjutnya disebut fiqhul bathin, yang oleh sebagian besar umat Islam dikenal dengan nama tasawuf.
Ayat-ayat yang membahas perbuatan anggota tubuh melahirkan beberapa madzhab dalam ilmu fiqh, sedangkan ayat-ayat yang membahas berbagai permasalahan hati serta metode penyucian hati, melahirkan sejumlah thariqah dalam tasawuf.
Sebenarnya dalil atau landasan pendirian madzhab dan thariqah (tasawuf) tersebut sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad saw.
Pada saat itu, para sahabat menerima seruan dakwah Rasulullah saw dengan hati yang suci dari gejolak nafsu, bersih dari berbagai keinginan duniawi, serta kosong dari tujuan-tujuan yang tidak benar dan berbagai sifat tercela.
setiap saat mereka berusaha memperkuat pondasi tauhid yang terdapat di dalam hatinya dengan mengerjakan berbagai ibadah, seperti sholat, doa dan ebrbagai amal shaleh lain yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Kita pun menyaksikan bagaimana mereka berijtihad di hadapan Rasulullah saw tentang sebuah persoalan dan Rasul membenarkan kedua ijtihad tersebut. Kita juga melihat, ada sahabat yang menajdikan puasa sunah sebagai ibadah pokoknya, ada pula yang menjadikan shalat malam sebagai ibadah pokoknya dan ada pula yang berlama-lama ketika sujud dengan memperbanyak doa yang diajarkan Rasulullah saw diberbagai kesempatan sebagai ibadah pokoknya. Kondisi-kondisi semacam inilah yang menjadi landasan munculnya berbagai madzhab dalam fiqih dan thariqah dalam tasawuf.
Setelah agama Allah (Islam) tersebar luas di bumi Allah, sebagaimana telah dijanjikan oleh Rasulullah saw, maka tersebar pula ilmu-ilmu fiqh yang menjelaskan berbagai hukum zhahir dan ilmu-ilmu tasawuf yang menjelaskan metode mengolah hati menjadi ihsan, yaitu senantiasa memperhatikan bagaimana hubungan hati dengan Allah yang Maha Penyayang dan Maha Mulia. dalam kondisi semacam ini di tengah-tengah masyarakat tumbuh berbagai madzhab dan thariqah tersebut.

DALAM AQIDAH, IKUTILAH IMAM-IMAM BESAR

Al-Imam Al-'Allaamah Al-Habib Abdullah bin Al-Haddad berkata:
Seyogyanya setiap mukmin memelihara kelurusan aqidahnya dengan mengikuti petunjuk aqidah yang telah disusun oleh salah seorang di antara imam-imam besar yang telah disepakati keagungan dan kedalaman ilmu mereka. Pada hematku, tidak seorang pun hendak melaksanakan hal tersebut akan menjumpai kumpulan aqidah yang luas liputannya, jelas jangkauannya serta terhindar dari berbagai keraguan, sebaik yang dapat dijumpainya pada kumpulan aqidah Imam Al-Ghazali (radhiyallau 'anhu) yang diuraikannya dalam kitab Al-Ihya pasal pertama dari Bab Qawaid al-Aqaid. Perhatikanlah itu baik-baik. Dan bila masih ingin tambahan, bacalah dalam buku Ihya tersebut dalam Ar-risalah al-Qudsiyah yang diuraikannya di pasal ketiga. Dan jangan hendaknya Anda memasuki Ilmul Kalam (Teologi) secara amat mendalam, jangan pula mencoba ikut dalam perdebatan-perdebatannya walaupun dengan alasan mencari kepastian dalam makrifat tentang hal itu. Bagaimanapun Anda tidak akan meraih ketenangan hati dengan ilmu ini.
Sebaiknya bila Anda ingin memperoleh kepastian dalam hal makrifat, mantapkanlah diri Anda dengan ber-suluk (melintasi jalan keruhanian melalui ilmu tasawuf) dengan cara yang benar, yakni:
  • Bersungguh-sungguh melaksanakan takwa secara lahir dan batin.
  • Mempelajari ayat-ayat Al-Quran dan sabda-sabda Nabi SAW
  • Merenungkan kebesaran isi lelangit dan bumi. Tujuannya ialah memperdalam kesadaran, memperindah watak kejiwaan serta mengurangi kepekatan hati dengan berbagai latihan yang baik.
  • Demikian pula usaha mengkilapkan cermin kalbu dengan terus melaksanakan zikir dan fikir serta berpaling dari segala yang dapat menghalangi konsentrasi demi tercapainya tujuan.

Inilah jalan keberhasilan yang bila menempuhnya Anda akan menemukan apa yang dicari dan meraih segala idaman hati.

Kaum sufi, dengan penuh kesabaran, berjuang memerangi nafsu mereka sendiri, bersungguh-sungguh dalam melaksanakan riyadhah (latihan-latihan kejiwaan) terhadapnya serta menyapihnya dari berbagai adat kebiasaannya, semata-mata karena menyadari hal itu merupakan keharusan yang tak terelakkan demi mencapai kesempurnaan makrifat. Sedangkan kesempurnaan makrifat merupakan keharusan demi meraih maqam al-'ubudiyah (kedudukan pengabdian) yang merupakan tujuan kaum 'arif dan idaman kaum muhaqqiq. Semoga ridha Allah dilimpahkan atas mereka semuanya.

MELURUSKAN AQIDAH

Al-Imam Al-'Allaamah Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad berkata:
Hendaknya Anda selalu membaikkan dan meluruskan aqidah dengan mengikuti kelompok yang selamat, yang dikenal diantara berbagai kelompok Islam sebagai ahlus sunnah wal jama'ah, atau mereka yang benar-benar berpegang teguh kepada teladan Rasulullah SAW serta para sahabatnya. Tentunya bila Anda dengan pemahaman yang lurus, dalam hati nurani yang sadar, mengamati nash-nash Al-Quran dan As-Sunnah yang mengandung berbagai ilmu keimanan serta sejumlah riwayat hidup para salaf saleh, sahabat-sahabat Nabi SAW dan pengikut-pengikut mereka, niscaya akan Anda ketahui dan yakini bahwa kebenaran bersama kelompok yang diberi nama "Asy'ariyah", yakni mereka yang dinisbahkan kepada AS-Syekh Abul Hasan Al-Asy'ari (wafat 324 H). Beliaulah yang telah menyusun kaidah-kaidah tentang aqidah ahlul haq (para pengikut kebenaran) serta mencatat dalil-dalilnya. Yakni aqidah seperti yang telah disepakati oleh para sahabat dan tabi'in serta aqidah ahlul haq di setiap tempat dan zaman dan aqidah sebagian besar ahli tasawuf, seperti diungkapkan oleh Abul Qasim Al-Qusyairi pada awal risalah yang disusunnya. Dan itulah pula aqidah kami (Imamul Haddad) serta kelompok kami dari kalangan Ahlul-Bait yang dikenal dengan kaum al-Husaini (keturunan Husain bin Ali, cucu Rasulullah SAW) dan yang dikenal juga sebagai keluarga Al-Ba'alwi (atau keluarga Alawiyin). Itu pulalah aqidah para leluhur kami, semenjak Rasulullah SAW sampai masa kita sekarang. datuk keluarga Alawiyin tersebut di atas, yakni Al-Imam Ahmad (Al-Muhajir) bin Isa bin Muhammad bin Ali bin Imam ja'far As-Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir (radiyallahu 'anhum), ketika menyaksikan timbulnya berbagai macam bid'ah di Irak, negeri asalnya, serta berkecamuknya hawa nafsu dan timbulnya pertentangan sengit dalam paham masing-masing kelompok, beliau segera mengambil keputusan untuk berhijrah dari sana. Beliau pun berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya sambil berdakwah dan menyebarkan ilmu-ilmu agama sehingga akhirnya mencapai negeri Hadramaut dan berdiam di sana sampai akhir hayatnya.
Sejak itu Allah SWT memberkahi keturunannya sehingga amat banyak dari mereka yang dikenal sebagai 'alim, abid, wali dan arif. Mereka itu sepenuhnya selamat dari berbagai aliran menyeleweng dan hawa nafsu menyesatkan yang bahkan telah menggelincirkan sebagian dari kalangan Ahlul-Bait di negeri-negeri lainnya. Hal itu jelas merupakan keberkahan niat suci Imam Al-Muhajir tersebut yang lari dengan agamanya dari tempat-tempat fitnah (kerusuhan dan kekacauan). Semoga Allah SWT memberinya - atas nama kami - sebaik-baik balasan yang diterima oleh seorang ayah dari putra-putranya, meninggikan derajatnya bersama para leluhurnya yang mulia di surga 'illiyyin serta mengikutsertakan kita dengan mereka dalam kandungan kebaikan dan keselamatan, serta tetap pada jalan mereka yang terjauhkan dari segala fitnah dan cobaan. Sesungguhnya Dialah yang paling Pengasih di antara segenap pengasih.

TETAP BERSAMA KOMUNITAS KAUM MUSLIMIN DAN MENGIKUTI SALAFUS SALEH

Ketahuilah, bahwa Rasulullah SAW telah memerintahkan ketika terjadi perselisihan pendapat agar kita tetap bersama golongan yang terbanyak, yaitu mayoritas kaum muslimin, dan beliau mengabarkan bahwa umatnya terhindar dari persatuan di atas kesesatan atau kesalahan dalam agama. Beliau telah bersabda: "Sesungguhnya umatku tidak akan bersatu di atas kesesatan. jika kalian melihat perselisihan, maka kalian harus tetap bersama golongan yang terbanyak." (HR. Ibn Majah)
Al-'Allamah As-Sindi berkata dalam penjelasannya tentang kalimat as-sawadul a'zham "Artinya komunitas yang banyak, sebab kesepakatan mereka lebih dekat kepada ijma." Imam As-Suyuthi berkata: "Artinya kelompok manusia dan mayoritas mereka yang bersatu di atas jalan yang lurus, dan hadis tersebut menunjukkan selayaknya mengamalkan pendapat mayoritas."
Rasulullah SAW juga bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak menyatukan umatku di atas kesesatan selama-lamanya, dan tangan Allah bersama jama'ah. Maka ikutilah golongan yang terbanyak. Siapa yang menyimpang, dia akan menyimpang ke dalam neraka." (HR. At-Turmudzi , Ath-Thabrani, Al-Hakim) Demikian pula sabda beliau: "Aku meminta kepada Tuhanku semoga umatku tidak bersatu di atas kesesatan. Lalu Dia memberikannya kepadaku." (HR. Ahmad)
Para ulama mengatakan: Al-hamdulillah golongan Ahlussunnah dari sejak masa pertama sampai hari ini merupakan golongan terbanyak. Maka dengan demikian benarlah bahwa mereka adalah golongan yang selamat yang tetap berpegang teguh dengan Al-Quran, sunnah dan apa yang dipegang teguh oleh para pendahulu umat dari golongan sahabat, tabi'in dan para imam mujtahid yang terkemuka. Kepadanya isyarat Rasulullah SAW dalam sabdanya: "Sesungguhnya Bani Israel telah terpecah menajdi tujuh puluh dua golongan, dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya masuk neraka kecuali satu golongan." Para sahabat bertanya: "Siapa mereka wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Yang mengikuti jejakku dan para sahabatku." (HR. Abu Dawud, At-Turmudzi, Ibn Majah, Ahmad)

Senin, 27 Desember 2010

SADAH BA 'ALAWI

Sadah Baa 'Alawi adalah komunitas yang terdiri dari orang-orang pilihan keluarga (Ahli Bait) Nabi SAW, mereka tinggal di Hadhramaut Yaman sejak akhir abad ketiga hijriyah, nasab mereka merujuk kepada Imam Alawi ibnu Imam Ubaidillah, ibnu Imam Al-Muhajir ilallah Ahmad ibnu Imam Isa ibnu Imam ahmad ibnu Imam Ali Al-Uraidhiy ibnu Imam Ja'far Shodiq ibnu Imam Muhammad al-Baqir ibnu Imam Zainul Abidin Ali ibnu Imam Husain as-Sibthi ra putra Sayyidatina Fathimah Az-Zahra binti Rasulillah saw. Semoga Allah SWT meridhoi mereka semua.
Sadah yang mulia itu adalah kaum terdidik, aktif, dan bijak. Dipelopori oleh hijrahnya Imam Ahmad bin Imam Isa ke Hadhramaut, Yaman pada tahun 317 Hijriyah, yang karenanya ia digelari Imam Al-Muhajir--. Ia korbankan hartanya di jalan Allah dalam jumlah yang tidak sedikit dan berusaha mengembalikan umat manusia ke jalan Rasulullah saw. Beberapa lama setelah Al-Muhajir wafat, keturunannya pindah ke kota Tarim. Mereka menetap di sana pada tahun 521 Hijriyah. Keturunan Al-Muhajir pertama yang mendiami kota ini adalah al-Imam Ali bin Alwi Kholi Qosam dan saudaranya salim, serta mereka yang segenerasi dengan keduanya dari keturunan Bashri dan Jadid yang ada pada saat itu. Maka Tarim pun menajadi tempat tinggal keturunan yang mulia ini. Lalu muncullah di sana ma'had-ma'had kebajikan dan banyak pula terdapat mesjid. Di samping itu, kota ini menjadi mulia karena terdapat jasad sejumlah sahabat mulia yang meninggal di sana, saat memerangi orang-orang murtad.

Disusunlah sebuah syair untuk mereka :
Merekalah kaum yang jika malam telah
menebarkan tirai kegelapan, kau takkan melihat
mereka tergoda oleh permadani dan
pembaringan. Namun mereka tegak bak tiang-
tiang mihrab, salat, ruku dan sujud dengan ikhlas
memuliakan-Nya. Mentadabburi ayat-ayat Quran
tak seperti mereka si lalai yang terbagi-bagi perhatiannya.
Merekalah (anak cucu) yang banyak dan baik
berkat doa kakek mereka saat perkawinan
(Fathimah dan Ali), tidakkah kau mengerti?
Rumah nubuwwah, futuwah, hidayah dan ilmu
sejak dahulu sampai hari nanti

Al-Habib Umar dalam ceramahnya pernah mengomentari syair di atas dengan mengatakan: Penulis syair ini juga mengatakan bahwa dalam keluarga Habib Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir selalu lahir orang-orang mulia sampai munculnya Imam mahdi. Beliaulah yang akan menyebarkan berbagai keutamaan, kemuliaan, dan kebesaran mereka. Mereka adalah pewaris nabi, sumber kebenaran dan futuwwah. Berkat cahaya mereka, cermin pecinta mereka menjadi bersih berkilauan. Alangkah bahagianya orang yang benar-benar cinta dan teguh dalam mengikuti langkah mereka. Allah tidak kikir untuk memberi minuman yang membuatnya dapat merasakan manisnya iman, masuk dalam lingkungan ihsan, tinggal dalam istana Allah dan memperoleh limpahan karunia Allah Maha Pemberi."

Sadah Ba 'Alawi menjadi penting dalam dunia Islam karena lewat merekalah tersebarnya Islam dan masuknya orang-orang ke dalam Islam secara berbondong-bondong pada wilayah geografis yang luas. Melalui India menuju Malaysia, Burma, Indonesia, Filipina, Sri Lanka, begitu pula Asia Tenggara, Pantai Timur Afrika, dan sebagainya. Para sadah Ba 'Alawi dalam perdagangan mereka melintasi laut menuju negeri-negeri itu merupakan teladan yang sempurna dari seorang muslim yang saleh, alim dan mengamalkan ilmunya. Mereka dapat menarik hati manusia dengan akhlak dan ilmunya. Sehingga mereka merupakan gambaran nyata dari kepribadian seorang muslim yang sempurna dalam hal agama dan dunia.

Kemudian dikarenakan panjang dan terperincinya sejarah kehidupan sadah Ba 'Alawi dari masa Rasulullah saw sebagai datuk terbesar (al-abil akbar) mereka hingga kini, dan banyaknya leluhur mereka yang mencapai derajat sholihin maka mereka menamai leluhur-leluhur mereka yang saleh dengan sebut salafunash-shalih (pendahulu-pendahulu yang saleh) atau sering disingkat dengan salaf.

Semoga Allah menganugerahkan kesempurnaan peneladanan kepada mereka, mewafatkan kita dalam agama mereka, dan menghimpun kita serta para kekasih kita bersama golongan mereka. Amin ya Allah amin.

KEUTAMAAN AHLI BAIT RASULULAH SAW

Berikut adalah penjelasan beberapa riwayat terkait keutamaan-keutamaan keluarga Nabi SAW dan keistimewaan-keistimewaan mereka cukup banyak yang dalam hal ini para imam menyusun berbagai karya tulis tersendiri.
Di antaranya adalah yang diriwayatkan oleh Zaid bin Arqam R.A bahwa dia mengatakan: pada suatu hari Rasulullah SAW berdiri di antara kami untuk menyampaikan ceramah di tempat air yang disebut Khumm, antara Makkah dan Madinah. Beliau memuji dan menyanjung Allah, menyampaikan nasihat dan peringatan, kemudian bersabda,
أَمَّا بَعْدُ، أَلاَ أَيُّهَا النَّاسُ، فَإِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ يُوْشِكُ أَنْ يَأْتِيَ رَسُوْلُ رَبِّي فَأُجِيْبُ، وَأَنَا تَارِكُ فِيْكُمْ ثَقَلَيْنِ، أَوَّلُهُمَا كِتَابُ اللهِ، فِيْهِ الْهُدَى وَالنُّوْرُ، فَخُذُوْا بِكِتَابِ اللهِ، وَاسْتَمْسِكُوْا بِهِ.

"Ketahuilah wahai manusia, sesungguhnya aku hanyalah manusia yang tidak lama lagi akan kedatangan utusan Tuhanku lantas aku memperkenankan, dan aku meninggalkan di antara kalian dua peninggalan berharga. Yang pertama adalah Kitab Allah. Di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya. Terapkanlah Kitab Allah dan berpegang teguhlah padanya."
Beliau menganjurkan penerapan Kitab Allah dan menekankannya. Kemudian beliau bersabda,
وَأَهْلُ بَيْتِي، أُذَكِّرُكُمُ اللهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي، أُذَكِّرُكُمُ اللهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي، أُذَكِّرُكُمُ اللهَ فِي أَهْلِ بَيْتِي.
"Dan keluargaku. Aku ingatkan kalian pada Allah terkait keluargaku, aku ingatkan kalian pada Allah terkait keluargaku, aku ingatkan kalian pada Allah terkait keluargaku."
Hushain bertanya kepadanya: siapa saja keluarga beliau, hai Zaid? Bukankah istri-istri beliau termasuk keluarga beliau? Zaid menjawab: istri-istri beliau termasuk keluarga beliau, tetapi keluarga beliau sesungguhnya adalah mereka yang tidak diperkenankan menerima sedekah sepeninggal beliau. Siapa saja mereka? Tanya Hushain. Zaid menjawab: mereka adalah keluarga Ali, keluarga Aqil, keluarga Ja'far, dan keluarga Abbas. Hushain bertanya: mereka semua tidak diperkenankan menerima sedekah? Ya, jawabnya. Dalam lafal lain,
إِنِّي تَارِكٌ فِيْكُمْ مَا إِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوْا بَعْدِي، أَحَدُهُمَا أَعْظَمُ مِنَ اْلآخَرِ؛ كِتَابَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، حَبْلٌ مَمْدُوْدٌ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى اْلأَرْضِ، وَعِتْرَتِي أَهْلَ بَيْتِي، لَنْ يَفْتَرِقَا حَتَّى يَرِدَا عَلَيَّ الْحَوْضَ، فاَنْظُرُوْا كَيْفَ تَخْلُفُوْنِي فِيْهِمَا.
"Sesungguhnya aku meninggalkan di antara kalian yang jika kalian berpegang teguh padanya maka kalian tidak tersesat sepeninggalku, salah satu dari keduanya lebih besar dari yang lain: Kitab Allah SWT, tali yang menjulur dari langit ke bumi, dan keturunanku keluargaku, tidaklah keduanya berpisah hingga menemuiku di telaga surga, maka perhatikan bagaimana kalian menggantikanku dalam mencintai keduanya."

Imam Syafi'i R.A mengungkapkan dalam bentuk syair:
Wahai keluarga Rasulullah, cinta kepada kalian semua
Adalah kewajiban dari Allah dalam Al-Qur'an yang diturunkan-Nya
Cukuplah agung kedudukan kalian bahwa kalian semua
Siapa yang tidak bershalawat kepada kalian maka tidak sah shalat baginya
Seorang pentahkik, semoga Allah melimpahkan manfaat melalui mereka, mengatakan: siapa yang mencermati realita dan fakta, maka dia menemukan bahwa keluarga Nabi SAW – kecuali sedikit sekali – mereka adalah yang melaksanakan tugas-tugas agama, menyeru kepada syariat pemimpin para rasul, bertakwa kepada Tuhan mereka, kalangan terpilih lantaran kesungguhan mereka, menjalin persatuan yang kokoh, "Siapa yang menyerupai bapaknya maka dia tidak dhalim," ulama mereka adalah para pemimpin umat dan tokoh terkemuka yang menyingkirkan tindak kedhaliman, maka mereka adalah keberkahan bagi umat ini, dan menyingkap berbagai kesuraman yang menyelimuti alam, maka harus ada di setiap masa kalangan dari mereka yang lantaran mereka Allah menghindarkan malapetaka dari manusia, karena mereka adalah keamanan bagi penduduk bumi sebagaimana bintang-bintang adalah keamanan bagi penduduk langit.
Habib Ali ditanya tentang sabda Rasulullah saw: "Sesungguhnya aku meninggalkan pada kalian dua yang berat, kitabullah dan keturunanku, yakni ahli baitku." (HR Muslim, Turmudzi, Ahmad dan Darimi dengan matan sedit berbeda) Bagaimana Nabi saw menyejajarkan ahli baitnya dengan Quran yang mulia, Firman Tuhan Alam semesta. Bagaimana hubungan keduanya?
Habib Ali ra menjawab: "Ini karena di dalam diri ahli bait terdapat sir (rahasia) Muhammad. Perhatikanlah firman allah Ta'ala berikut: Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan." (QS Al-Maidah, 5:15)
Cahaya (nur) yang dimaksud adalah Muhammad saw, sedangkan yang dimaksud dengan kitab yang menerangkan (kitabun mubin) adalah Quran. Jika kau perhatikan, kau akan melihat sir (rahasia) kemuliaan pada diri para ahli bait, dan sir itu bercampur jadi satu dengan mereka. Kami yang lemah ini dapat melihatnya, apalagi 'orang-orang besar'. Semoga Allah memberi kita taufik untuk mensyukuri nikmat ini.

LARANGAN MEMBENCI DAN USAHA MENYAKITIAHLI BAIT NABI SAW

Hendaknya seorang muslim yang peduli terhadap agamanya berhati-hati agar jangan sampai membuat marah seorang pun dari keluarga Rasulullah saw, karena itu akan berdampak sangat buruk terkait agama dan akhiratnya serta dianggap telah mengusik dan menyakiti Nabinya saw. Dalam banyak hadis diriwayatkan bahwa orang yang menyakiti keluarga Nabi saw berarti dia telah menyakiti Nabi saw dan siap yang menyakiti beliau berarti dia telah menyakiti Allah, dan dia layak mendapat laknat serta azab dan masuk dalam bahaya ancaman yang tercantum dalam firman Allah SWT: Sesungguhnya (terhadap) orang-orang yang menyakiti allah dan rasul-Nya, Allah akan melaknatnya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan adzab yang menghinakan bagi mereka." (Al-Ahzab, 33:57) dan firman Allah SWT: Dan tidak boleh kamu menyakiti Rasulullah. (Al-Ahzab, 33:53)
Rasulullah saw bersabda mengenai lima anggota keluarga beliau yang dikenal dengan Ashhabul Kisa ra: "Aku memerangi orang yang memerangi mereka, dan berdamai dengan orang yag berdamai dengan mereka." Dalam hadis juga dinyatakan bahwa Nabi saw bersabda: "Seandainya seseorang berada di antara Rukun dan maqam, menunaikan shalat dan puasa, kemudian dia mati dalam keadaan membenci kepada ahli bait Muhammad saw, maka dia masuk neraka." (HR Thabrani dan hakim dari hadis Ibnu Abbas ra)

Ucapan Ulama

Sayyidina asy-Syeikh al-Imam al-'allamah al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi dalam wasiat untuk Syeikh Ahmad Ali mAkarim mengatakan: "Janganlah memusuhi ahli bait Rasulullah saw, karena itu adalah racun yang mematikan. Memerangi mereka adalah memerangi Rasulullah saw, dan memerangi Rasulullah saw adalah memerangi yang Maha benar dan Maha Pemberi karunia. Hati-hatilah, karena semua itu merupakan kehancuran. Berlomba-lombalah dalam berbuat baik kepada mereka sesuai kemampuan. Maka Allah akan memberi petunjuk, dan Dialah yang menjaga para salihin.

KEWAJIBAN MENCINTAI & MEMULIAKAN AHLI BAIT NABI SAW

Ketahuilah, bahwa mencintai ahli bait Nabi saw dan anak keturunan beliau adalah kewajiban seluruh umat Islam. Dalam beberapa ayat Al-Quran dan sunnah Nabi saw terkandung anjuran mencintai mereka dan perintah untuk mengasihi mereka. Hal ini telah diterapkan oleh kalangan sahabat terkemuka dan generasi tabi'in serta para imam salaf yang mendapat petunjuk. Diantara ayat-ayat al-Quran yang menunjukkan kewajiban mencintai mereka adalah firman Allah SWT kepada Nabi-Nya saw: Katakanlah (Muhammad), "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu imbalan pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan." (Asy-Syuura, 42:23) Imam Ahmad, Thabrani, dan Hakim menyampaikan bahwasanya ketika ayat ini turun, mereka (para sahabat) bertanya: "Wahai Rasulullah, siapa keluargamu yang harus kami kasihi? Beliau bersabda: "Ali, Fathimah, dan kedua anaknya." Adapun hadis-hadis yang menunjukkan kewajiban mencitai mereka cukup banyak, di antaranya adalah hadis yang diriwayatkan dari Abbas bin Abdul Muthalib bahwa Nabi saw bersabda: "Ada apa dengan kaum-kaum yang begitu ada seorang dari keluargaku duduk dengan mereka maka mereka menghentikan pembicaraan mereka? Demi Allah yang jiwa di tangan-Nya, tidaklah iman masuk ke dalam hati seseorang hingga dia mencintai mereka (Ahli bait Nabi) karena Allah lantaran keluargaku."
Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw bersabda: "Cintailah Allah lantaran berbagai nikmat-Nya yang dilimpahkan kepada kalian, cintailah aku karena cinta kepada allah, dan cintailah keluargaku lantaran cinta kepadaku."
Dari Ibnu Umar ra bahwa dia mengatakan: kata-kata terakhir yang diucapkan Nabi saw adalah, "Hendaknya kalian menggantikanku dalam keluargaku."
Thabrani dan Abu Syaikh menyampaikan bahwasanya Nabi saw bersabda: "Sesungguhnya Allah SWT memiliki tiga kehormatan. Siapa yang menjaganya maka Allah menjaga agama dan dunianya. dan siapa yang tidak menjaganya, maka Allah tidak menjaga agama dan dunianya." Beliau ditanya: Apa tiga kehormatan itu? Beliau bersabda: "Kehormatan Islam, kehormatanku, dan kehormatan keluargaku."
Rasulullah saw bersabda: "Tidaklah beriman seorang hamba hingga aku lebih dicintainya dari pada dirinya sendiri, anak keturunanku lebih dicintainya dari pada anak keturunannya, dan ahli baitku lebih dicintainya dari pada ahlibaitnya."

Ucapan Sahabat

Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq ra bahwa dia mengatakan: "Awasilah Muhammad saw pada keluarga beliau. Maksudnya: jagalah beliau dengan mencintai mereka, maka janganlah kalian menyakiti mereka. Abu Bakar ra mengatakan: Demi (Allah) yang jiwaku di tangan-Nya, keluarga Rasulullah saw benar-benar lebih aku cintai untuk aku kasihi dari pada keluargaku."

Ucapan Ulama

Dalam kumpulan fatwa Imam al-'Allamah Khatimul Muhaqqiqin Ahmad ibnu Hjaar ra disebutkan bahwa dia ditanya: Mana yang lebih utama antara syarif (keluarga dan keturunan Nabi saw) yang bodoh dengan orang berilmu yang aktif? Mana dari keduanya yang lebih layak untuk dihormati jika sedang berkumpul? Atau bila hendak disajikan minuman kopi misalnya kepada keduanya maka mana yang lebih layak untuk diberi terlebih dahulu? Atau jika seseoranghendak mencium tangan, mana dari keduanya yang layak dicium lebih dulu?
Ibnu Hajar ra menjawab dengan perkataannya: "Pada keduanya terdapat keutamaan yang agung. Seorang syarif disebabkan dalam dirinya terdapat bagian yang mulia yang tidak dapat dibandingkan dengan apa pun. Di samping itu sebagian ulama berkata, "Keturunan Rasulullah saw tidak dapat dibandingkan dengan apa pun.' Sedangkan seorang ulama yang mengamalkan ilmunya, disebabkan dapat memberi manfaat bagi orang-orang Islam dan memberi petunjuk orang-orang sesat. Maka mereka adalah penerus dan pewaris ilmui dan pengetahuan para rasul. Hendaknya setiap orang memberikan hak-hak keduanya - yakni para ulama dan syarif berupa penghormatan dan pengagungan. Sedang jika keduanya bertemu dalam suatu majelis maka seorang syarif lebih didahulukan, karena sabda saw, 'Dahulukan kabilah Quraisy, dan karena di dalamnya terdapat bagian yang mulia (Rasululah saw).
Junjungan kami al-Imam Hujjatul Islam Al-Ghazali rhm berkata, "Keutamaan nasab itu dari tiga sisi, pertama, kembalinya nasab itu kepada pohon silsilah Rasulullah saw, hal ini tidak ada yang menandingi. Kedua, kembalinya nasab itu kepada para ulama, karena mereka adalah pewaris para nabi, shalawat dan salam Allah atas mereka. Ketiga, Kembalinya mereka kepada orang-orang saleh dan bertakwa. Alalh swt berfirman, "Dan dulu (kakek) dari keduanya adalah orang yang saleh." (Al-Kahfi, 18:82)

Seorang ulama, al-'Allamah al-Muhaqqiq ad-da'i ilallah al-Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith ketika di tanya apakah boleh mencium tangan ahli bait Nabi saw? Maka beliau menjawab, "Iya. itu dibolehkan, bahkan selayaknya dilakukan, karena ciuman ini bernilai ibadah dan sebagai bentuk sayang kepada Al-Habib Al-A'zham saw. Allah berfirman: "Katakanlah Muhammad, "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu imbalan pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan. (asy-Syuro, 42: 23) Dalilnya adalah hadis yang diriwayatkan oleh Hakim dan Baihaqi yang menurut Ibnu asakir dan Ibnu Abdil Barr hadis shahih, dari Sya'bi bahwa dia mengatakan: "Setelah Zaid bin Tsabit menshalati jenazah ibunya, baghalnya didekatkan kepadanya untuk ditungganginya. Ibnu Abbas ra datang keapdanya dan hendak mengambilkan pelananya. Zaid ra berkata, 'Biarkan saja, wahai anak paman Rasulullah saw. Lalu dia berkata, 'Beginilah yang kami lakukan terhadap ulama.' Zaid MENCIUM TANGAN Ibnu Abbas ra dan berkata: 'Beginilah yang diperintahkan untuk kami lakukan terhadap keluarga (ahli bait) Nabi kita saw." Sudah menajdi ketetapan di antara ulama hadis bahwasanya jika seorang sahabat mengatakan, "Kami diperintahkan begini." maka ini dinilai sebagai hadis marfu' (terhubung kepada Nabi saw). Demikian fatwa Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith.

Sayyidina asy-Syeikh al-Imam al-'Allamah al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi berwasiat untuk pecintanya Syeikh Ahmad ali Makarim dengan pesan: "Berbuat baiklah terhadap ahli bait Rasulullah yang akan membawa kepada puncak kemenangan dan kebahagiaan, serta pencapaian maqam yang tertinggi. Karena berbuat baik terhadap mereka seperti berbuat baik terhadap kakek mereka yang mulia saw. Dan berbuat baik terhadap Rasulullah saw adalah keutamaan yang tak dapat diucapkan dengan lisan. Jadilah orang-orang yang mencintai dan berbuat baik terhadap mereka, serta mengambi petunjuk dari mereka. Cintailah mereka dengan sebenar-benarnya. dahulukan mereka dari kerabat yang kau cintai. Jika melihat kelakuan mereka akan menyebabkan berburuk sangka, maka bawalah prasangka itu kepada hal-hal yang baik.

Minggu, 26 Desember 2010

AHLI BAIT NABI SAW

Keterkaitan dan keterhubungan nasab dengan Rasulullah saw merupakan kebanggan yang paling besar dan paling mulia menurut orang-orang cerdik dan bijak, dan bahwasanya keluarga pokok dan cabang beliau saw adalah keluarga dan cabang yang paling mulia, lantaran nasab mereka terhubung dengan nasab beliau, dan keterkaitan kedudukan mereka dengan kedudukan beliau. Ulama rohimahullah sepakat bahwa para pemimpin dari keluarga beliau yang mulia adalah manusia terbaik dari segi unsurnya dari pihak bapak dan kakek, dan bahwasanya mereka sama dengan selain mereka terkait hukum-hukum syariat dan sanksi hukum.

Untuk menjawab sipakah yang disebut dengan ahli bait beliau berikut kami kutipkan penejlasannya dengan beragai dalil:

Ibnu Abbas ra ditanya mengenai makna firman Allah SWT: Katakanlah, 'Aku tidak meminta kepada kalian sesuatu upah pun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan.' Untuk itu Sa'id ibnu Jubair bertanya, "Kaum kerabat Muhammad saw?" (maksudnya Sa'id berpemahaman bahwa yang dimaksud dengan kata Qurbaa ialah semua kaum kerabat Nabi saw, mencakup semua orang Quraisy, baik yang beriman maupun yang kafir,) maka Ibnu Abbas menjawab, "Engkau terlalu terburu-buru dalam memahaminya, sesungguhnya Nabi saw bukanlah satu puak dari kabilah Quraisy kecuali hanya ada hubungan kekerabatan antarbeliau dengan mereka." Ibnu abbas melanjutkan bicaranya, "Kecuali jika kalian mau menghubungkan kekerabatan yang telah ada antara aku dan kalian." (HR Syaikhon) Hadis ini dijelaskan oleh Syeikh Manshur Ali Nashif dalam kitabnya At-taaj yaitu: Mereka yang diakui sebagai kerabat Nabi saw ialah orang-orang yang beriman kepadanya dari kalangan anak-anak kakek terdekatnya yaitu Abdul Muthalib. Mereka adalah Ali dan anak-anaknya, Ja'far dan anak-anaknya, Uqail dan anak-anaknya, semua adalah anak-anak abu Thalib. Termasuk pula kerabat Nabi saw Hamzah ra dan Al-Abbas ra serta para puteranya. Sedangkan Fathimah Az-Zahra ra jelas lebih utama dari mereka. Merekalah kaum kerabat Nabi saw dan ahli baitnya; semoga Allah meridhoi mereka semua.

Ketika Zaid ibnu Arqam ra meriwayatkan sabda Nabi yang berbunyi: "Dan keluargaku (ahli baitii). Aku ingatkan kalian pada Allah terkait keluargaku, aku ingatkan kalian pada Allah terkait keluargaku, aku ingatkan kalian pada Allah terkait keluargaku."ketiak menjawab pertanyaan Hushain ra, "siapa sajakah mereka itu?" Zaid ibnu Arqom menjawab: "Mereka adalah keluarga Ali, keluarga Uqail, keluarga Ja'far dan keluarga Abbas." Hushain bertanya kepadanya: "siapa saja keluarga beliau, hai Zaid? Bukankah istri-istri beliau termasuk keluarga beliau? Zaid menajwab: Istri-istri beliau temasuk keluarga beliau, tetapi keluarga beliau sesungguhnya adalah mereka yang tidak diperkenankan menerima zakat sepeninggal beliau.' "Siapa saja mereka?" Tanya Hushain. Zaid menjawab: Mereka adalah keluarga Ali, keluarga Aqil, keluarga Ja'far, dan keluarga Abbas."

Ulama mengatakan firman-Nya, "Ahli Bait" mencakup tempat tinggal dan nasab. Dengan demikian, istri-istri beliau saw adalah ahli bait tempat tingal dan kerabat beliau adalah ahli bait nasab. Dan dari sekian banyak riwayat yang dimaksud kan adalah ahli bait nasab.

Di dalam hadis lainnya disebutkan bahwa Siti Aisyah ra menceritakan hadis berikut: "Di suatu pagi hari Nabi saw keluar memakai jubah yang bergambar pelana terbuat dari wool berwarna hitam, lalu datanglah Al-Hasan ibnu Ali, maka Nabi saw (melepaskan jubahnya) dan memasukkan Al-hasan ke dalamnya. Kemudian datang Al-Husain, beliau pun memasukkannya ke dalam jubah itu, kemudian datang Fathimah, beliau memasukkannya ke dalam jubah itu, lalu datanglah Ali, Nabi saw memasukkannya pula ke dalam jubah itu. Setelah itu beliau saw bersabda (membacakan firman-Nya): "Sesungguhnya Allah bermaksud menghilangkan dosa kalian, hai ahlul bait, dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya." (Al-Ahzab: 33). (HR Muslim dan Turmudzi)

Dalam riwayat yang diketengahkan oleh Imam turmudzi lafaznya sebagai berikut: "Ayat berikut diturunkan di rumah Ummu Salamah, yaitu firman-Nya, 'Sesungguhnya Allah bermasksud menghilangkan dosa kalian, hai ahli bait, dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya" (Al-Ahzab: 33). Kemudian Nabi saw memanggil Fathimah, Hasan dan Husain lalu beliau menutupkan kain jubah itu kepada mereka, sedangkan Ali berada di punggung beliau yang juga ditutupi dengan kain jubah itu. Kemudian Nabi saw berdoa: 'Ya Allah, mereka adalah ahli baitku, hilangkanlah dosa mereka dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya.' Ummu Salamah berkata, 'Hai Nabi Allah, apakah aku boleh bersama mereka?' Nabi saw menjawab, 'Engkau tetap di tempatmu, engkau mendapat kebaikan."

Mungkin ada yang bertanya-tanya bagaimana bisa diakui sebagai ahlibait dan keturunan Nabi Muhammad padahal adalah peranakan sayyidina Ali, dan seseorang dinisbahkan kepada kakek dari pihak bapaknya bukan kakek dari pihak ibunya?" Pertanyaan seperti ini pun dahulu pernah dilontarkan oleh Khalifah HArun Ar-Rasyid kepada Musa Al-Kazhim ra sebagai dzurriyah Nabi saw dengan pertanyaannya: Bagaimana kalian mengatakan bahwa kami adalah keuturunan Rasulullah sawpadahal kalian adalah peranakan Ali? Padahal seseorang hanya dinisbahkan nasabnya kepada kakek dari pihak bapaknya bukan kakek dari pihak ibu? Al-Kazhim menajwab: Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk, dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang, "Dan kepada sebagian dari keturunannya (Ibrahim) yaitu Dawud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa, dan Harun. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik, dan Zakaria, yahya, Isa dan Ilyas." (Al-An'am, 6:84-85) Isa tidak memiliki bapak, tetapi dia digabungkan dalam keturunan para nabi dari pihak ibunya. Demikian pula kami digabungkan dalam keturunan Nabi kita Muhammad saw dari pihak ibu kami, Fathimah ra. Lebih dari itu, wahai Amirul Mukminin, turunnya ayat mubahalah dan Nabi saw tidak memanggil selain Ali, Fathimah, Hasan, dan Husain ra, demikian. Kisah ini disebutkan oleh al-'Allamah Syamsuddin al-wasithiy.

Ayat mubahalah yang dimaksudkan di atas adalah ayat berikut: "Siapa yang membantahmu dalam hal ini setelah engkau memperoleh ilmu, katakanlah (Muhammad), "Marilah kita panggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istrimu, kami sendiri dan kamu juga, kemudian marilah kita bermubahalah agar laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta." (Âli 'Imrân [3]: 61)
Para ahli tafsir mengatakan: ketika ayat ini turun, Rasulullah SAW memanggil Ali, Fathimah, Hasan, dan Husain R.A. Lalu beliau memangku Husain dan menggandeng tangan Hasan, sementara Fathimah berjalan di belakang beliau dan Ali di belakang keduanya, lalu beliau berdoa,
اَللَّهمَّ هَؤُلاَءِ أَهْلِي.
"Ya Allah, mereka itu adalah keluargaku."
Dalam ayat ini terdapat dalil yang jelas bahwa anak-anak Fathimah dan keturunan mereka disebut anak-anak beliau SAW, dan nasab mereka dinisbahkan kepada beliau dengan penisbahan yang sahih dan berguna di dunia dan akhirat.

Ulama pun sepakat bahwa di antara kekhususan beliau saw adalah bahwa cucu-cucu dari putri-putri beliau dinisbahkan nasabnya kepada beliau dengan penisbahan yang sahih. Ini berdasarkan sabda Nabi saw:

Dan dari riwayat Umar bin Khattab r.a ia mengatakan, bahawa aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Setiap sebab (penyebab pertalian keturunan) mahupun nasab (pengikat garis keturunan) akan terputus pada hari kiamat, kecuali sebab dan nasabku, dan setiap keturunan dinisbatkan kepada pengikat keturunannya yakni ayah mereka, kecuali putera-putera Fatimah, maka sesungguhnya akulah ayah mereka dan tali pengikat keturunan mereka” (Hadis riwayat Al-Baihaqi, Al-Thabrani dll)

Juga Imam Al-Hakim dalam kitabnya Al-Mustadrak mengeluarkan sebuah hadits riwayat sahabat Jabir, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Bagi setiap keturunan dari seorang Ibu ada pengikat keturunannya, kecuali putera Fatimah, akulah wali mereka dan tali pengikat keturunan mereka”.

Hadis-hadis di atas menunjukkan bahwa sayyidah Fathimah, sayyidina Ali, sayyidina Hasan dan Husain serta anak cucunya merupakan inti dari ahli bait Rasulullah saw dan paling dekat kekerabatannya dengan Rasulullah saw. Semoga Allah melimpahkan keridhoan-Nya kepada mereka. Setelah diungkapkan berbagai penejlasan di atas maka tiada celah bagi manusia untuk memungkiri bahwa Nabi saw memiliki keturunan yang nasabnya dinisbahkan kepada beliau. Berikut adalah profil singkat para ahli bait Rasulullah saw yang mulia.

Sayyidah Fathimah Az-Zahra ra

Dialah Fathimah binti Muhammad saw yang dikenal dengan julukan Az-Zahra karena kulitnya putih kemerah-merahan menampilkan cahaya yang jernih, juga dijuluki dengan nama lain, yaitu al-Batuul, karena ibadahnya yang banyak. Ibuny adalah Siti Khadijah binti Khuwailid ra. Cukup bnyak hadis-hadis yang menceritakan tentang beliau diantaranya:

Al-Miswar ibnu Makhramah ra telah menceritakan hadis berikut: Nabi saw bersabda: "Sesungguhnya anak perempuanku adalah belahan jiwaku, semua hal yang meragukannya meragukanku pula, dan semua hal yang menyakitinya menyakitiku pula. (HR Khamsah)

Riwayat yang diketengahkan oleh Imam Bukhari menyebutkan seperti berikut: "Fathimah adalah belahan jiwaku, barangsiapa yang membuatnya marah berarti ia membuatku marah."

Siti Aisyah ra menceritakan pula hadis berikut: "Ia pernah ditanya, siapakah orang yang paling dicintai Rasulullah saw? " Ia menajwab, "Fathimah." Ditanyakan lagi, "Dari kalangan kaum laki-laki?" Ia menajwab, "Suaminya." Sepanjang pengetahuanku dia banyak puasa dan banyak shalat." (HR Turmudzi)

Sayyidina Al-Hasan dan Al-Husain

Al-Hasan dan Al-Husain adalah putra sayyidina Ali kw dari hasil perkawinannya dengan sayyidah Fathimah ra. Al-hasan dijuluki dengan nama panggilan Abul Muhammad, ia dilahirkan pada bulan Ramadhan tahun 3 Hijriyah, dan wafat di Madinah karena diracun pada tahun 50 Hijriyah dalam umur 47 tahun. Al-HUsain dikenal dengan nama julukan Abu Abdullah, ia dilahirkan pada bulan Sya'ban tahun 4 Hijriyah, ia gugur sebagai syuhada di padang Karbala di Iraq pada tahun 61 hijriyah dalam usia 57 tahun. Semoga Allah melimphakan keridhoan-Nya kepada keduanya. Rasulullah saw pernah bersabda tentang mereka, "Sesungguhnya Al-Hasan dan Al-Husain kedua-duanya merupakan kecintaanku dari dunia ini."

Abu Bakrah ra menceritakan hadis berikut: "Aku pernah mendengar Nabi saw bersabda di atas mimbarnya, sedangkan Al-Hasan berada di sebelahnya, sekali-kali al-Hasan memandang kepada orang-orang dan sekali-kali memandang kepada Nabi saw: "Anakku ini adalah pemimpin, mudah-mudahan Allah mendamaikan dua golongan kaum muslimin melaluinya." (HR Bukhari dan Turmudzi)

Abu Sa'id ra menceitakan hadis berikut, bahwa Nabi saw pernah bersabda: "Al-Hasan dan Al-Husain keduanya adalah penghulu para pemuda ahli surga."

Jumat, 24 Desember 2010

KEUTAMAAN SAHABAT RASULULLAH SAW

Di dalam kitab Terjemah Fathul Mu'in dijelaskan bahwa makna shahabat adalah orang yang berkumpul serta beriman kepada Nabi Muhammad saw walaupun ia buta dan belum mumayyiz. Merekalah kaum yang berbahagia dengan ridha Allah yang Maha mulia.
Mereka adalah sebaik-baik manusia dan mereka pulalah yang telah menaklukkan negeri-negeri dengan kekuatan serta menundukkan hati dengan keimanan. Masa mereka merupakan masa yang paling agung sepanjang sejarah. Setelah para Nabi, merekalah orang-orang yang paling utama dan berani. Ketika selain mereka enggan untuk berkorban dengan jiwa dan harta, dan merasa keberatan untuk berpisah dengan keluarga, anak-anak, dan tanah air, mereka malah dengan senang hati melakukan semua itu demi menegakkan agama Allah dan memberi perlindungan dan jaminan keamanan bagi berbagai bangsa untuk hidup di bawah naungan hukum Islam. Sungguh tidak ada sebelumnya, tidak juga sekarang, orang-orang yang seperti mereka. Merekalah penakluk musuh, juru penyelamat, pembela agama, dan para menterinya utusan tuhan sekalian alam. Sungguh Allah telah memilih mereka untuk menjadi sahabat Nabi-Nya dan penyebar agama-Nya.

Pujian Allah untuk Sahabat Nabi saw

  1. QS Al-Baqarah (2):143 Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia.." Nabi saw menafsirkan firman Allah SWT "wasathan" dengan kata adil. Sahabat merupakan orang-orang yang adil dari umat ini sehingga wajar jika mereka menjadi para pemimpin umat, penegak ajaran agama, dan pembela terhadap Al-Quran dan Sunnah.
  2. QS An-Nisa (4):115 Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan JALAN ORANG-ORANG MUKMIN, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu."
  3. QS al-Fath (48):29 "Muhammad itu adalah utusan Allah dan ORANG-ORANG YANG BERSAMA DENGAN DIA adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih-sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud..."
  4. QS at-Taubah (9):88 "Tetapi Rasul dan ORANG-ORANG YANG BERIMAN BERSAMA DIA, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan; dan mereka itulah (pula) orang-orang yang beruntung."
  5. QS al-Hasyr (59):8 "(juga) bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan(Nya)..." Ayat ini menceritakan orang-orang Muhajirin. Mereka keluar dari Mekah setelah diusir oleh orang-orang Jahiliah karena menegakkan agama Allah. Mereka adalah gambaran bentuk manusia yang cemerlang. Di antara mereka adalah Shuhaib bin Sinan ra. Orang-orang kafir Quraisy mengeluarkan dan mengusirnya dengan kekerasan dan ancaman senjata. Lalu dia berkata kepada mereka, "Lepaskanlah aku dan silahkan ambil semua hartaku." Mereka pun meerima syaratnya dan mengambil semua hartanya. Tidak ada sedikit pun yang tersisa baginya. Tampak wajah kesedihan padanya, perut yang haus, dan lapar, mata serta tubuh yang kurang tidur dan kelelahan. Akan tetapi semua itu dilakukannya di jalan Allah. Kemudian Shuhaib mendatangi Rasulullah saw. Ketika Rasulullah saw menatap wajahnya, beliau bersabda: "Alangkah beruntungnya Abu Yahya, alangkah beruntungnya Abu Yahya, alangkah beruntungnya Abu Yahya." Kemudian Allah menurunkan ayat pengorbanan: Dan diantara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhoan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya." (Al-Baqarah (2):207)
  6. QS al-Hasyr (59):9 "Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu)..." Ayat ini adalah pujian Allah untuk sahabat Anshor.
  7. QS al-Fath (48):18 "Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya)."
  8. QS at-Taubah (9): 100 "Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar" Para sahabatlah orang-orang yang pertama-tama masuk Islam pada masa-masa awal dan baris terdepan. masa-masa kemiskinan dan kesusahan. Masa yang penuh dengan ancaman. Masa di mana orang-orang Jahiliah seluruhnya mengangkat senjata melawan Rasulullah saw. Masa di mana beliau diancam oleh dunia, diancam oleh orang-orang yahudi, Nasrani, Shabi'ah, dan Majusi. Lalu bangkitlah sayidina Abubakar, sayidina Umar, dan sahabat lainnya sebagai pembela dan pelindung Rasulullah saw.
Sabda Rasulullah tentang Keutamaan Sahabat

Rasulullah saw bersabda: "Bintang-bintang merupakan pelindung bagi langit; jika bintang-bintang telah tiada maka akan terjadi sesuatu yang telah dijanjikan atas langit. Aku adalah pelindung bagi para sahabatku; jika aku telah tiada, akan terjadi sesuatu yang telah dijanjikan atas para sahabatku. dan, para sahabatku merupakan pelindung bagi umatku; jika mereka telah tiada maka akan terjadi sesuatu yang telah dijanjikan atas umatku."(HR. Muslim dari Abu Musa)

Hadis Imran bin al-Husain ra bahwa Rasulullah saw bersabda: "Sebaik-baik zaman adalah zamanku, kemudian orang-orang sesudah mereka, kemudian orang-orang sesudah mereka."

Abu Sa'id ra menceritakan hadis berikut, bahwa Nabi saw pernah bersabda: "Kelak akan datang kepada manusia suatu zaman, segolongan dari mereka melakukan peperangan, dan sebelum perang mereka bertanya, "Apakah ada diantara kalian orang yang pernah menemani Rasulullah?" Mereka menjawab, "Ya, ada." (maka kemudian) mereka(pun) diberi kemenangan. Kemudian datang pula kepada manusia suatu zaman, lalu segolongan mereka melakukan peperagan, sebelumnya mereka bertanya, "Adakah diantara kalian orang yang pernah menemani orang yang pernah menemani sahabat Rasulullah?" Mereka menjawab, "Ya, ada." (maka kemudian) mereka pun diberi kemenangan..." (HR Syaikhon)

Jabir ra menceritakan hadis berikut: "Seorang budak milik Hathib datang kepada Rasulullah saw mengadakan sikap Hathib (terhadap dirinya), lalu berkatalah ia, 'Wahai Rasulullah, Hathib benar-benar akan masuk neraka.' Rasulullah saw menjawab, "Engkau dusta, Hathib tidak akan masuk neraka, karena sesungguhnya dia telah mengikuti perang Badr dan perjanjian Hudaibiyyah.'

Jabir ra menceritakan hadis berikut, bahwa Nabi saw ketika berada di rumah Siti Hafshah -- pernah bersabda: "Insyaallah tidak akan masuk neraka seorang pun dari kalangan Ash-habus- Syajarah." (HR. Muslim, Abu Daud, dan Tirmidzi) Yang dimaksud Ash-habus Syajarah ialah mereka yang disebut di dalam firman-Nya: "Sesungguhnya Allah telah ridho terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat (waktunya)." (QS Al-Fath: 18)

Jabir ra menceritakan pula hadis, bahwa Nabi saw pernah bersabda: "Neraka tidak akan menyentuh orang muslim yang pernah melihatku atau pernah melihat orang melihatku." (HR. Tirmidzi)

Buraidhah ra menceritakanhadis, bahwa Nabi saw bersabda: "Tiada seorang pun dari sahabatku yang meninggal dunia di suatu negeri melainkan kelak di hari di hari kiamat ia akan dibangkitkan sebagai pemimpinan dan nur (cahaya) mereka (penduduknya)." (HR. Tirmidzi)

Keutamaan Khalifah Abubakar ra

Abu Sa'id menceritakan hadis berikut: Rasulullah saw berkhotbah kepada orang-orang, dan bersabda, "Sesungguhnya Allah menyuruh seorang hamba-Nya memilih antara duniawi dan pahala yang ada di sisi-Nya, maka hamba tersebut memilih pahala yang ada di sisi-Nya. Abu Sa'id melanjutkan kisahnya: "Maka menangislah Abu Bakar, dan kami merasa heran akan tangisannya. (menurut kami) Rasulullah-lah yang dimaksudkan, dan Abu Bakar adalah orang yang paling mengetahui apa yang dimaksud beliau. Lalu Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya orang yang paling dipercaya olehku dalam persahabatan dan harta bendanya ialah Abu Bakar. Seandainya aku boleh mengambil seorang kekasih selain Rabbku, niscaya aku akan mengambil Abu Bakar (sebagai kekasihku), akan tetapi (telah ada antara aku dan dia) persaudaraan Islam dan cinta kasihnya. Tiada suatu pintu pun di masjid kecuali ditutupkan selain pintunya Abu Bakar." Di dalam riwayat yang lain disebut, "Seandainya aku boleh mengambil seorang kekasih dari kalangan umatku, niscaya aku mengambil Abu Bakar (sebagai kekasihku), tetapi dia adalah saudaraku dan sahabatku, dan Allah telah mengambil teman kalian ini (dirinya) sebagai kekasih." (HR Syaikhon dan Turmudzi)

Abu darda menceritakan hadis berikut: Nabi saw bersabda: "Sesungguhnya Allah mengutusku kepada kalian, tetapi kalian mengatakan engkau dusta, dan Abu Bakar mengatakan engkau benar. Ia telah membelaku dengan diri dan hartanya, apakah kalian tega meninggalkan sahabatku (yakni Abu Bakar)." Hal ini diucapkannya beliau dua kali, setelah itu Abu Bakar tidak ada yang mengganggunya.

Abu Hurairah ra menceritakan hadis berikut, bahwa Nabi saw pernah bersabda: "Siapakah di antara kalian yang puasa di hari ini?" Abu Bakar menjawab, "Aku" Nabi saw bertanya lagi, "Siapakah di antara kalian yang mengantarkan jenazah di hari ini?" Abu Bakar menjawab, "Aku" Nabi saw bertanya lagi, "Siapakah di antara kalian yang memberi makan orang miskin?" Abu Bakar menjawab, "Aku." Nabi saw bertanya lagi, "Siapakah di antara kalian yang menjenguk orang sakit di hari ini?" Abu Bakar menjawab, "Aku." Maka Rasulullah saw bersabda, "Tidak sekali-kali semua perkara itu dilakukan oleh seseorang kecuali ia masuk surga." (HR. Muslim)

Ibnu Umar ra menceritakan hadis berikut yang ia terima langsung dari Nabi saw: "Nabi saw bersabda kepada Abu Bakar: "Engkau adalah temanku di atas telaga(ku) dan temanku di dalam gua." (HR. Turmudzi)

Keutamaan Sayyidina Umar ra

Dialah Umar ibnul Khattab ibnu Nufail ibnu Abdul Uzza ibnu Rayyah ibnu Abdullah ibnu Qarth ibnu Addiy ibnu Ka'b ibnu Lu-ay ibnu Ghalib ibnu Fihr. Nasabnya bertemu dengan Nabi saw pada kakek Nabi saw yang ketujuh. Dengan demikian, berarti dia adalah orang Quraisy dari Bani 'Adawy. Nabi saw menjulukinya dengan nama panggilan Abu Hafsh karena kekerasannya, sebab arti hafsh ialah singa. Nabi saw menjulukinya pula dengan panggilan al-Faruq yang artinya orang ahli dalam membedakan perkara yang hak dan bathil. Abdullah ibnu Mas'ud pernah mengatakan, "Kami selalu berjaya sejak Umar masuk Islam."
Abu Sa'id ra menceritakan hadis berikut, bahwa Nabi saw pernah bersabda: "Ketika aku sedang tidur, aku bermimpi melihat manusia ditampilkan di hadapanku dan semuanya memakai baju gamis. Di antara mereka ada yang bajunya hanya sebatas kedua susunya, dan yang lain ada yang lebih rendah daripada itu. Kemudian datang Umar ibnul Khattab memakai baju gamis yang ia tarik (karena panjangnya). Mereka (para sahabat) bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah takwil mimpi itu?" Nabi saw menajwab, "Agama." (HR Syaikhon) Takwil mimpi tersebut adalah agama yang dipegang oleh masing-masing (umat Rasulullah), dan sayyidina Umar ra dalam takwil tersebut agamanya lebih kuat dari selainnya sesudah sayyidina Abu Bakar ra

Abu Hurairah ra menceritakan hadis berikut, bahwa Nabi saw pernah bersabda: "Sesungguhnya sebelum kalian terdapat segolongan kaum lelaki dari kalangan Bani Israil yang membeicarakan (sesuatu sebelum terjadinya) padahal mereka bukanlah nabi. Jika ada seseorang yang seperti mereka dari kalangan umatku, maka dia adalah Umar." (HR. Syaikhon dan Turmudzi)

Sa'd ibnu Abu Waqqash ra menceritakan hadis berikut: Rasulullah saw bersabda: "Demi tuhan yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, tidak sekali-kali setan menjumpaimu (Umar) memakai suatu jalan kecuali setan pasti mengambil jalan lain yang bukan jalanmu." (HR. Syaikhon)

Keutamaan sayyidina Utsman ra

Dialah Utsman ibnu Affan ibnul 'Ash ibnu Umayyah ibnuAbdusy-Syams ibnu Abdu Manaf, kakek Nabi saw yang ketiga. Dengan demikian, berarti ia pun orang Quraisy juga. Namanya dikenal pula dengan Umawi karena dinisbatkan kepada kakeknya bernama Umayyah, dan berakar dari dialah golongan yang menamakan dirinya Umamiyyah. Utsman ini dijuluki dengan sebutan Dzun-Nuraini, karena dia mengawini dua putri Nabi saw. (setelah yang pertama wafat) dan belum pernah terdengar ada seseorang kawin dengan dua orang putri Nabi.

Suatu saat Nabi saw masuk ke dalam suatu kebun, lalu mememrintahkan Abu Musa supaya menjaga pintu kebun agar tidak ada seorang pun yang masuk kecuali seizin beliau saw. Di dalam kebun itu terdapat sebuah sumur yang diberi nama Aris, dan Nabi saw duduk di tepi sumur itu seraya menjulurkan kedua kakinya ke dalam. Lalu datang Abu Bakar dengan meminta izin terlebih dahulu dan beliau mengizinkan, datang Umar dengan meminta izin terlebih dahulu dan beliau mengizinkan. Kedua-duanya diberi kabar gembira bahwa mereka akan surga dan kedua-duanya pun memasukkan kaki mereka ke sumur sebagaimana Nabi saw. Kemudian datanglah Utsman ra, lalu meminta izin masuk, maka Nabi saw bersabda kepada Abu Musa, "Bukakanlah untuknya, dan sampaikan kepadanya berita gembira surga untuknya setelah malapetaka yang menimpanya." Dibukakanlah pintu untuk sayyidina Utsman dan disampaikanlah berita gembira untuknya lalu ia memuji Allah dan mengatakan ,"Hanya kepada Allah sajalah aku memohon pertolongan."

Keutamaan Sayyidina Ali ibnu Abu Thalib kw.

Dialah Ali ibnu Abi Thalib ibnu Abdul Muthallib, kakek Nabi saw yang pertama. Ali adalah orang Hasyimi dan Qurasyi, serta anak paman Nabi saw. Ayah Nabi saw dan Abu Thalib adalah saudara sekandung, yakni seayah dan seibu. Nama kun-yah atau julukan Ali kw antara lain ialah Abul Hasan dan Abu Turab. Dia masuk ISlam ketika masih berumur delapan tahun dan belum pernah sujud kepada berhala, karena itulah sesudah namanya disebut diikuti dengan ucapan karramallahu wajhahu yang artinya semoga Allah memuliakan wajahnya. Ibunya bernama Fatimah binti Asad ibnu Hasyim ibnu Abdu Manaf, dialah wanita Hasyimiyah pertama yang melahirkan seorang Hasyimi dalam Islam; dia masuk Islam dan meninggal dunia di Madinah, semoga Allah melimpahkan keridhaan kepadnya.

Salamah ibnu Akwa ra menceritakan hadis berikut: "Ali kw tidak ikut bersama Nabi saw dalam erang Khaibar karena sedang sakit mata, untuk itu ia mengatakan, "Aku tidak ikut perang." Tetapi ia keluar juga menyusul Nabi saw dan pada petang hari yang esok paginya Allah menaklukkan tanah Khaibar, rasulullah saw bersabda, "Aku benar-benar akan memberikan panji ini, atau besok pagi panji ini benar-benar akan dipegang oleh seorang lelaki yang dicintai oleh Allah dan rasul-Nya." atau Nabi saw bersabda: "Seorang lelaki yang mencintai Allah dan rasul-Nya, nanti Allah akan memberikan kemenangan kepadanya." Pada malam harinya orang-orang pun memperbincangkan hal ini, siapakah diantara mereka yang akan diserahi panji. Pada pagi harinya semua orang berkumpul di hadapan Rasulullah saw, masing-masing mengharapkan supaya diserahi memegang panji itu. Lalu Rasulullah saw bertanya, "Di manakah Ali ibnu Abu Thalib?" Mereka menajwab, "Wahai Rasulullah, dia sedang sakit mata." Nabi saw bersabda, "Panggillah dia." Lalu ia dipanggil dan dihadapkan kepadanya, Nabi saw meludahi kedua matanya seraya berdoa untuk kesembuhannya, maka sembuhlah Ali kw. dari penyakitnya seketika itu juga seakan-akan tidak pernah mengalami sakit mata, lalu Nabi saw menyerahkan panji kepadanya. Ali kw berkata, "wahai Rasulullah, aku akan memerangi mereka sehingga mereka mau seperti kita (masuk Islam)." (HR. Syaikhon)

Keutamaan Sepuluh Orang sahabat yang Mendapat Berita Gembira Masuk Surga

Sepuluh orang yang mendapat berita gembira masuk surga ialah Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah, Az-Zubair, Sa'd ibnu Abu Waqqash, Abdurrahman ibnu Auf, Abu Ubaidah, dan Sa'id ibnu Zaid. Semoga Allah melimpahkan keridhaan-Nya kepada mereka.

Empat sahabat telah terdahulu disebutkan.

  • Thalhah ibnu Ubaidillah ra. Dialah Thalhah ibnu Ubaidillah ibnu Utsman ibnu Amr ibnu Ka'b ibnu Sa'd ibnu Tayyim ibnu Murrah ibnu Ka'b, nasabnya bertemu dengan nasab Nabi saw pada Murrah ibnu Ka'b, sedangkan dengan Abu Bakar pada Ka'b ibnu sa'd. Dia dikenal pula dengan julukan Thalhatul Khair dan Thalhatul Juud karena kedermawanannya. Ibunya bernama Ash-sha'bah bintul Hadhrami, saudara perempuan Al-'Ala Al-Hadhrami. ash-Sha'bah ikut hijrah, dan ketika putranya telah tiada, ia masih hidup, hanya tidak lama. Thalhah gugur syahid dalam perang Jamal tahun 36 Hijriyah. Dalam perang Uhud salah seorang kaum musyriki bermaksud memukul Nabi saw dengan pedangnya. Pukulan itu ditangkis oleh Thalhah dengan tangannya hingga tangannya lumpuh, tetapi hal itu menjadi kebanggan besar baginya. dalam perang Uhud, ketika Nabi saw hendak naik ke sebuah batu besar, tetapi tidak dapat , maka Thalhah menggendong beliau dan nabi saw naik hingga dapat sampai di atas batu besar itu, lalu Nabi saw bersabda: "Thalhah telah berjasa." Dalam kesempatan lain Nabi saw bersabda untuk Thalhah, "Dia termasuk orang yang gugur (sebagai syahid)."
  • Az-Zubair ibnul Awwam. Dialah Az-Zubair ibnul Awwam ibnu Khuwailid ibnu asad ibnu Abdul Uzza ibnu Qushai ibnu Kilab. Nasab Az-Zubair bertemu menjadi satu dengan nasab Nabi saw pada Qushai, ia dikenal dengan sebutan Al-Qurasyi al-Asadi yang dikaitkan dengan kakeknya bernama Asad. Ibunya bernama Shafiyyah binti Abdul Muthalib, yang berarti bibi Nabi saw. Az-Zubair masuk Islam ketika ia berusia delapan atau lima belas tahun, ia ikut perang Yarmuk dan menaklukkan Mesir bersama Amr ibnul 'Ash. ia mati terbunuh ketika sedang tidur di Lembah As-Siba' ketika baru pulang dari perang jamal pada tahun 36 Hijriyah. Semoga Allah melimpahkan keridhoan-Nya kepadanya. Nabi bersabda tentangnya: "Tiap-tiap Nabi mempunyai penolongnya sendiri, dan penolongku adalah Az-Zubair."
  • Sa'd ibnu Abi Waqqash ra. Dialah Sa'd ibnu Malik ibnu Uhaib ibnu Abdu Manaf ibnu Zuhrah ibnu Kilab ibnu Murrah; nasabnya bertemu dengan nasab Nabi saw pada Kilab ibnu Murrah. Sedangkan Uhaib adalah kakek Sa'd yang juga Paman Siti Aminah, ibu Nabi saw. Uhaib adalah saudara lelaki Siti Aminah, bernama Wahab ibnu Abdu Manaf ibnu Zuhrah. bani Zuhrah berkedudukan sebagai paman-paman Nabi saw dari pihak ibu. Sa'd ibnu Malik ikut dalam semua peperangan yang dipimpin Nabi saw, ia mendapat julukan Farisul Islam. ia adalah orang yang doanya dikabul wafat pada tahun 50 Hijriyah dalam umur 83 tahun. Semoga Allah melimpahkan keridhaan-Nya kepadanya. Di sisi Rasululah ia adalahs eorang remaja yang memiliki kekuatan yang keras lagi perkasa. dan ia pun terkenal sebagai pembidik anak panah yang tepat. Hingga pada perang Uhud Rasulullah bersabda kepadanya: "Tembakkan panahmu, ayah dan ibuku sebagai tebusanmu." (HR. Syaikhon)

Rasulullah saw bersabda: "Janganlah kalian mencela sahabatku, janganlah kalian mencela sahabatku. walaupun salah seorang di antara kalian menginfakkan emas sebesar gunung Uhud sekalipun, tidaklah akan dapat mencapai satu mud seorang sahabat, tidak pula setengahnya."
Dalam sebuah hadis yang lain, rasulullah saw bersabda: "Allah, Allah menyertai para sahabatku, janganlah kalian mencemarkan kehormatan mereka. Barangsiapa yang mencintai mereka maka dengan citaku, aku mencintai mereka. Barangsiapa yang membenci mereka maka dengan kebencianku, aku membenci mereka."
Abdullah Ibnu Mas'ud ra pernah berkata: "Ikutilah petunjuk para sahabat Muhammad saw. Karena Allah telah memandang hati para hamba-Nya dan mendapatkan bahwa hati Muhammad saw merupakan sebaik-baik hati hamba-Nya. Maka beliaulah yang Dia pilih dan beliau pula yang Dia utus. Kemudian Allah memandang hati para hamba-Nya setelah Muhammad, lalu mendapatkan bahwa hati para sahabat merupakan sebaik-baik hati hamba-Nya, maka Dia mengangkat mereka sebagai pembantu-pembantu Nabi-nya yang gigih perperang membela agama-Nya." (HR. Ahmad)

Ucapan Ulama tentang sahabat Nabi Muhammad saw

Imam Abdullah bin alwi al-Haddad mengatakan: orang beriman harus meyakini keutamaan para sahabat Rasulullah saw dan urutan keutamaan mereka. Dan meyakini bahwa mereka semua adalah orang-orang yang adil, baik dan dapat dipercaya. Tidak (seorang pun dibenarkan) mencaci maupun memaki salah seorang dari mereka. Ia harus meyakini bahwa khalifah yang benar setelah Rasulullah saw adalah Abu Bakar ash-Shiddiq, kemudian Umar al-Faruq, kemudian Utsman asy-syahid dan setelah itu 'Ali al-Murtadha. Semoga Allah meridhoi mereka semua, dan meridhoi semua sahabat Rasulullah saw dan tabi'in yang mengikuti mereka dengan baik, dan juga meridhoi kita, berkat rahmat-Mu wahai yang paling kasih dari semua yang berjiwa kasih.

Imam Ali bin Muhammad al-Habsyi berkata:

Betapa agung keutamaan yang diperoleh para sahabat. mereka menduduki tingkat shiddiqiyyah. Tiada kedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan siddiqiyyah, kecuali nubuwwah (kenabian). Kebaikan tersebut datang kepada mereka silih berganti. Inayah Allah menyertai mereka. Seorang sahabat dapat melampaui seratus ribu maqom dalam sesaat. Derajat mereka lebih tinggi daripada orang yang melihat Nabi saw setelah beliau wafat. Sebab, para sahabat melihat Nabi dalam rupa yang sempurna. Sedangkan para wali maksimal melihat Nabi di alam lain. Para sahabat meraih kedudukan itu tanpa usaha yang berarti. Pagi hari mereka masih kafir, masuk waktu Ashar mereka telah mencapai derajat siddiqiyyah.
Wahai ibn Lasbaath, banjir membasahi tanah berdebu
Waktu Dhuha berlalu, sore hari telah hijau semua
Alangkah bodoh orang yang beradab buruk terhadap para sahabat Nabi saw
Seorang murid bertanya kepada Syeikhnya, "Siapakah yang lebih utama: Juneid bin Muhammad atau sahabat Nabi." Gurunya menjawab: "Seorang sahabat yang paling rendah lebih utama daripada 70 Juneid."
Jika qodho dan qodar berlaku kepada salah seorang dari mereka, maka sesungguhnya mereka memperoleh udzur, atau pahala. Semoga Allah mengaruniai kita kecintaan kepada al-Habib saw dan para sahabatnya."
Demikianlah firman Allah, sabda Rasulullah, dan ucapan para ulama yang menjelaskan tentang keutamaan para sahabat Nabi Muhammad saw. Karenanya wajib bagi kita untuk mencintai, memuliakan, meyakini keutamaan, mempercayai kejujuran, dan menjaga kehormatan para sahabat, baik golongan Anshor maupun golongan Muhajirin. Baik yang senior maupun yang Junior, yang awal maupun yang akhir dari mereka. Wajib dijaga dari pelanggaran, memperhatikan hak-haknya, dan memberikan bantahan kepada orang yang mencoba untuk menodainya. Sesungguhnya mencemarkan kehormatan seorang muslim saja sudah merupakan dosa besar di sisi Allah. Apalagi menghina, merendahkan, atau berprasangka buruk terhadap para sahabat baik dengan lidah maupun pena, dosanya lebih besar lagi.

HAK RASULULLAH SAW ATAS UMATNYA

Ketahuilah, bahwa hak Rasulullah SAW atas umatnya adalah hak yang paling besar dan paling wajib dilaksanakan sesudah hak Allah SWT.
Diantara hak beliau atas mereka adalah:
Pertama, kewajiban mengikuti sunnahnya, menolong agamanya dan membela syariatnya. Allah SWT berfirman:"Katakanlah: 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.'" (Ali Imran: 31) Rasulullah SAW bersabda: "Orang yang berpegang teguh dengan sunnahku ketika umatku rusak, baginya pahala satu orang yang mati syahid." Dan beliau bersabda: "Siapa yang melestarikan sunnahku berarti dia mencintaiku, dan siapa yang mencintaiku, pasti dia bersamaku di dalam surga."
Kedua, kewajiban mencintai dan mengasihinya hingga beliau menjadi orang yang paling dicintai seorang mukmin daripada dirinya sendiri, anaknya dan seluruh makhluk.
Ketiga, kewajiban mencintai keluarga (ahli bait)nya, sahabat-sahabatnya dan anak cucu (dzurriyah)nya. Beliau bersabda: "Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga aku menjadi orang yang paling dicintainya daripada orang tuanya, anaknya dan manusia seluruhnya." Dan beliau bersabda: "Cintailah Allah karena Dia telah memberikan banyak karunia pada kalian. Dan cintailah aku karena kalian mencintai Allah dan cintailah keluargaku karena kalian mencintai aku." Rasulullah SAW bersabda: "Allah, Allah (cintalah) pada sahabat-sahabatku. Janganlah kalian menjadikan mereka sebagai sasaran kebencian sesudahku. Maka siapa yang mencintai mereka berarti karena mencintaiku dia mencintai mereka. Dan siapa yang membenci mereka berarti karena membenciku dia membenci mereka. Siapa yang menyakiti mereka berarti dia menyakitiku, siapa yang menyakitiku berarti dia menyakiti Allah, dan siapa yang menyakiti Allah, maka hampir dipastikan Allah akan menyiksanya."
Keempat, diantara hak beliau atas mereka adalah kewajiban mengagungkan dan menghormatinya, dan Allah SWT telah memerintahkan hal tersebut di dalam kitab-Nya. Allah SWT befirman: "Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)nya dan membesarkannya." (Al-Fath: 8-9) Artinya memuliakannya dan sangat mengagungkannya. Sebab mengagungkannya termasuk mengagungkan Allah, sebagaimana menaatinya adalah esensi menaati Allah dan mencintainya adalah esensi mencintai Allah. Allah SWT berfirman: "Barangsiapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah." (An-Nisa: 80) Allah SWT berfirman: "Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah." (Al-Fath: 48) dan Allah berfirman: "Katakanlah: 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan megampuni dosa-dosamu." (Ali Imran: 31)
Para sahabat ra adalah teladan terbaik dalam hal mencintai dan menghormatinya. Di antara contohnya dalam kisah perjanjian Hudaibiyah manakala kaum Quraisy mengutus Urwah bin Mas'ud as-Tsaqafi kepada Rasulullah SAW. Lalu ia melihat bagaimana para sahabat menghormati beliau. Manakala kembali kepada kaum Quraisy, ia berkata: "Hai kaumku, demi Allah, aku pernah diutus kepada Kisra, Kaisar dan Najasy. Namun aku sama sekali tidak pernah melihat seorang raja yang diagungkan oleh sahabat-sahabatnya sebagaimana sahabat-sahabat mengagungkan Muhammad. Tidaklah dia meludah satu kali pun kecuali ludah itu jatuh ke telapak tangan salah seorang dari mereka, lalu ia mengusapkannya ke wajah dan tangannya. Jika dia memerintahkan mereka dengan satu perintah, mereka berebut melaksanakannya. Jika dia berwudhu, mereka hampir saling berkelahi memperebutkan air bekas wudhunya. Jika dia bicara mereka merendahkan suara mereka di sisinya dan mereka tidak menajamkan pandangan kepadanya karena sangat menghormatinya."
Kelima, di antara hak beliau adalah memperbanyak ucapan shalawat dan salam kepada beliau. Allah SWT telah memerintahkan hal tersebut di dalam kitab-Nya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (al-Ahzab:56). Rasulullah SAW bersabda: "Siapa yang bershalawat kepadaku satu kali, Allah akan bershalawat atasnya sepuluh kali dan menghapus daripadanya sepuluh kesalahan." Dan beliau bersabda: "Orang yang paling utama denganku pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak bershalawat atasku."

SIFAT-SIFAT AKHLAK RASULULLAH SAW

Sebagaimana Rasulullah SAW adalah orang yang paling bagus bentuk fisiknya, beliau juga adalah orang yang paling bagus akhlaknya. Sesungguhnya Allah menghimpun padanya akhlak-akhlak terpuji yang tidak terhimpun pada orang lain secara mutlak dan mengajarinya etika di dalam kitab-Nya yang mulia dengan seluruh adab-adab terbaik. Allah SWT Berfirman: "Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh." (Al-A'raf: 199) Rasulullah SAW bersabda: "Tuhanku telah mengajariku adab dengan sebaik-baiknya." Dan beliau bersabda: "Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik." Setelah etika-etika ini sempurna pada diri Rasulullah SAW, Allah SWT memujinya dengan firman-Nya: "Dengan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (Al-Qalam: 4)
Ketika Aisyah rha ditanya tentang akhlak Rasulullah SAW, ia menjawab: "Akhlaknya adalah Al-Quran." Artinya belau ridha karena ridhanya dan marah karena kemarahannya.
Anas ra berkata: "Aku menjadi pelayan Rasulullah SAW selama sepuluh tahun. Selama itu beliau sama sekali tidak pernah mengatakan 'huh' kepadaku, tidak pernah mengatakan kepada sesuatu yang aku lakukan: 'Mengapa kau melakukannya?' dan tidak pernah mengatakan kepada sesuatu yang tidak aku perbuat: 'Kenapa kau tidak melakukannya?'
Dari Ali ra, ia berkata: "Nabi SAW adalah orang yang selalu gembira, ramah, lembut, tidak kasar dan tidak keras, tidak pernah berteriak-teriak dan tidak pernah berkata-kata keji, tidak suka mencela dan tidak banyak memuji. Beliau pandai melupakan hal-hal yang tidak sukainya, tidak pernah membuat putus asa dan tidak pernah putus asa. Beliau menjauhkan dirinya dari tiga hal: riya, banyak bicara dan hal-hal yang bukan urusannya. Dan beliau menjauhkan orang-orang dari tiga hal: beliau tidak pernah mencaci seorangpun dan tida mencelanya, tidak mencari-cari aibnya dan tidak berbicara kecuali tentang hal-hal yang beliau harap pahalanya. Jika beliau berbicara, beliau membuat orang-orang yang duduk bersamanya tunduk, seakan-akan ada burung di atas kepala mereka. Jika beliau telah diam, mereka bicara, mereka tidak berebutan bicara di sisinya. Siapa yang bicara di sisinya, mereka diam mendengarkannya hingga ia selesai bicara. Bicara orang yang paling terakhir di antara mereka adalah bicara orang yang paling pertama di antara mereka. Beliau tertawa dari apa yang mereka tertawakan dan mengagumi apa yang mereka kagumi. Beliau sabar menghadapi orang asing kedati kasar dalam bicara dan cara memintanya, hingga sekalipun para sahabatnya membawanya, dan beliau berkata: "Jika kalian lihat orang yang mempunyai kebutuhan meminta hajatnya, maka bantulah dia." Beliau tidak menerima pujian kecuali dari hal yang setimpal, dan beliau tidak memotong pembicaraan seseorang dengan larangan ataupun pergi hingga ia selesai bicara."
Diriwayatkan bahwa Nabi SAW pernah memberi makan unta, menyapu rumah, menambal sandal dan menjahit pakaian."
Rasulullah SAW pernah memerah susu, makan bersama pembantu dan menggiling tepung bersamanya jika ia telah lelah. rasa malu tidak menghalangi beliau untuk memanggul barang-barangnya dari pasar ke rumah keluarganya. Beliau menyalami orang kaya maupun miskin, selalu memulai salam dan tidak meremehkan undangan makan yang disampaikan kepadanya walaupun itu hanya berupa kurma yang paling jelek. Beliau adalah orang yang pemurah, lembut, ramah, bergaul baik, berwajah berseri-seri, banyak senyum tanpa tertawa, sedih tetapi tidak sampai murung, rendah hati tidak sampai menghinakan diri, pemurah tidak sampai boros, lembut hati, pengasih terhadap setiap muslim, sama sekali tidak bersendawa karena kenyang dan tidak pernah mengulurkan tangannya kepada keserakahan. Semoga shalawat dan salam Allah tercurah atasnya dan atas keluarga serta para sahabatnya.

SIFAT-SIFAT FISIK RASULULLAH SAW

Para ulama mengatakan, termasuk kesempurnaan keimanan kepada Rasulullah SAW adalah keyakinan kita bahwa Allah SWT menciptakan jasadnya yang mulia menurut bentuk yang tidak muncul sepertinya baik sebelum maupun sesudahnya. Allah SWT menciptakannya dengan sebagus-bagus bentuk di mana padanya terhimpun segala ragam keelokan yang tak mungkin bisa terlukiskan.
Sungguh sempurna keelokannya. Sekiranya ia menghadiahkan cahaya
wajahnya ke bulan purnama, niscaya bulan itu tak akan mengalami gerhana
Bagaimanapun pintar orang yang melukiskan sifatnya
Akan habis zaman ini dan keindahannya belum terlukiskan semuanya
Rasulullah SAW adalah orang yang paling tampan dan paling menawan dari jauh, dan kian elok dan manis manakala dilihat dari dekat. Al-Barra bin Azib ra berkata: "Aku tidak pernah melihat orang yang mengenakan sorban hitam pada baju merah lebih bagus dari Rasulullah SAW." [HR. Bukhari (3551) Muslim (2337)]
Abu Hurairah ra berkata: "Aku tidak pernah melihat sesuatu apa pun yang lebih elok dari Rasulullah SAW, seolah-olah matahari berjalan di wajahnya. dan aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih cepat jalannya dari Rasulullah SAW, seakan-akan bumi dilipat untuknya, kami melelahkan diri kami, sementara beliau tidak terlihat apa-apa." [HR. At-Turmudzi (3648)]
Anas bin Malik ra berkata: "Aku tidak pernah menyentuh segala jenis sutera yang lebih lembut dari telapak tangan Rasulullah SAW dan aku sama sekali tidak pernah mencium aroma yang lebih harum dari aroma Rasulullah SAW." [HR. Ahmad (3/228) Bukhari (3368)]
Adalah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib jika menggambarkan sifat Rasulullah SAW, ia berkata: "Beliau tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek. Perawakannya sedang. Rambutnya tidak terlalu keriting dan tidak terlalu lurus. Rambutnya ikal. Badannya tidak terlalu gemuk dan wajahnya tidak terlalu bulat. Wajahnya agak mengerucut (dengan segala kesempurnaannya). Kulitnya putih kemerah-merahan. Kedua matanya sangat hitam, bulu matanya lebat. Ada jajaran bulu di antara dada dan pusarnya. Kedua telapak tangan dan kakinya keras dan lentur. Pundaknya bagus. Jika menoleh, beliau menoleh dengan seluruh tubuhnya. Jika berjalan, beliau agak condong ke depan seakan-akan sedang turun dari tempat yang tinggi, di antara kedua belikatnya terdapat cap kenabian, dan beliau penutup nabi-nabi.
Beliau adalah orang yang paling lapang dadanya, paling baik hatinya, paling jujur bicaranya, paling lembut sikapnya, paling mulia pergaulannya. Siapa yang melihatnya tiba-tiba tanpa mengenalnya, dia akan merasakan haibahnya (kewibawaannya). Dan siapa yang bergaul dan mengenalnya dia akan mencintainya. Orang yang menceritakan sifatnya akan berkata: 'Aku tidak pernah melihat sebelum maupun sesudahnya orang yang sepertinya.'" [HR At-Turmudzi (3638)]
Dari Hind bin Abi Halah ra ia berkata: "Adalah Rasulullah SAW itu orang yang besar lagi dibesarkan, wajahnya bersinar laksana bulan purnama, kepalanya besar, rambutnya ikal, warna kulitnya cerah, dahinya luas, alisnya lebat, hidungnya mancung, jenggotnya tebal, mulutnya lebar, giginya rapat, perawakannya sedang, perut dan dadanya sejajar, jarak kedua pundaknya lebar, persendian-persendiannya besar, telapak tangannya lebar, jari-jari tangannya sedang, kedua kakinya mulus, pandangannya menunduk, pandangannya ke tanah lebih lama dari padangannya ke langit, sebagian besar pandangannya adalah melirik, selalu mendahulukan sahabat-sahabatnya di depan, dan selalu lebih dahulu mengucap salam dengan orang yang ditemuinya." [HR At-Tabrani (22/414) Al-Baihaqi dalam Syu'ab al-Imam (1430)]

MUKJIZAT-MUKJIZAT RASULULLAH SAW

Mukjizat-mukjizat Rasulullah SAW sangat banyak lagi populer. Yang paling utama dan populer diantaranya adalah Al-Quran Al-Karim yang Allah jadikan makhluk tidak mampu untuk menandingi dan membuat yang serupa dengannya, kendati Allah telah menantang mereka membuatnya dan mereka pun telah mengarahkan daya dan upaya untuk melakukannya, Allah SWT berfirman:

[17:88] Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (Al-Isra: 88)
Al-Quran adalah mukjizat yang abadi sampai ke akhir masa, buktinya akan tetap ada, kemukjizatannya akan senantiasa berlanjut, keajaiban-keajaibannya tidak akan habis, keunikan-keunikannya tidak akan lenyap. Di dalamnya terdapat berita generasi yang terdahulu dan yang akan datang, sesuai dengan setiap masa sampai hari kiamat.
Diantara mukjizat beliau yang mencengangkan adalah terbelahnya bulan, dan itu terjadi ketika kaum kafir Mekkah meminta agar beliau memperlihatkan kepada mereka satu tanda yang menunjukkan kebenaran kenabiannya, dan tanda tersebut berupa terbelahnya bulan. Lalu Rasulullah SAW berdoa kepada Tuhan. Maka bulan pun terbelah dua, sementara mereka menyaksikannya. Lalu beliau berkata, "Saksikanlah." Kemudian orang-orang kafir itu menanya penduduk berbagai negeri apakah mereka juga melihat hal semacam itu. Ternyata mereka menyatakan bahwa mereka pun melhat hal tersebut. Maka mereka berkata, "Muhammad telah menyihir penduduk bumi." Lalu Allah SWT menurunkan ayat:

[54:1] Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan. [54:2] Dan jika mereka (orang-orang musyrikin) melihat suatu tanda (mu'jizat), mereka berpaling dan berkata: "(Ini adalah) sihir yang terus menerus". (Al-Qamar: 1-2)
Di antara mukjizat beliau termasuk memancarnya air dari sela-sela jari-jemari tangan beliau yang mulia. Hal tersebut terjadi beberapa kali kepada beliau. Di antaranya hadis yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah ra dengan perkataannya: "Orang-orang kehausan pada hari Hudaibiyah sementara Rasulullah SAW sedang berwudhu dari sebuah bejana yang terdapat di depannya. Kemudian orang-orang datang ke arah beiau. Maka beliau berkata, "Kenapa kalian?" Mereka menjawab, "Wahai Rasulullah, kami tak punya air untuk berwudhu dan minum kecuali yang terdapat dalam bejana milikmu." Lalu Nabi SAW meletakkan tangannya ke dalam bejana tersebut. Tiba-tiba air memacar dari sela-sela jari-jemari tangannya seperti mata air. Lalu kami pun minum dan berwudhu." Kemudian ada yang bertanya kepada Jabir, "Berapa jumlah kalian pada hari itu?" Jabir menjawab, "Sekiranya kami berjumlah 100.000 tentu air itu cukup untuk kami. Pada hari itu kami berjumlah sekitar 1.500 orang." [HR Bukhari (3576)]
Di antara mukjizat beliau juga termasuk menangisnya batang kurma yang tadinya menjadi tempat berpijak beliau ketika menyampakan khutbah. Manakala beliau telah memakai mimbar yang baru dan duduk di atasnya, batang kurma tersebut menangis laksana tangisan unta betina mencari anaknya. Dalam satu riwayat disebutkan, "Batang kurma itu melenguh seperti lenguhan banteng hingga masjid bergetar karena lenguhannya. Lalu Rasulullah SAW turun mendatanginya lalu mendiamkannya. Maka batang kurma itu pun diam. Kemudian beliau berkata, "Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sekiranya aku tidak menenangkannya, dia akan tetap begini sampai hari kiamat karena sedih jauh dari Rasulullah SAW." [HR Ad-Darimi (41)]

KEISTIMEWAAN-KEISTIMEWAAN RASULULLAH SAW

Nabi kita Muhammad SAW memiliki keistimewaan melebihi seluruh nabi dengan banyak keistimewaan:
Diantaranya keadaan beliau sebagai penutup para nabi dan rasul. Maka tidak ada lagi nabi dan rasul sesudahnya. Beliau telah bersabda: “Aku adalah Muhammad, nabi yang ummi, tidak ada lagi nabi sesudahku. Aku diberikan jawami’ al-kalim dan puncak-puncaknya.” (HR. Ahmad (2/172) dari hadis Abdullah bin Amru bin al-Ash ra)
Di antara keistimewaannya, beliau lebih mulia dari para nabi, rasul dan makhluk seluruhnya. Dari Abu Sa’id al-Khudhri ra, ia berkata: “Rasulullah SAW bersabda, ‘Aku adalah pemimpin anak Adam pada hari kiamat, dan aku tidak sombong, dan di tanganku paji pujian, akupun tidak bangga. Pada hari itu tak ada seorang nabi pun –Adam dan selainnya – kecuali di bawah benderaku. Dan aku adalah orang yang pertama kali dibangkitkan dari kuburnya, aku juga tidak bangga.” (HR. Turmudzi (3148,3615) dan ia berkata; “hadis ini hasan shahih). Dalam satu riwayat: “Aku adalah orang yang paling mulia di antara orang-orang terdahulu dan belakangan bagi Allah, aku ucapkan ini tanpa keangkuhan.” (HR. Turmudzi (3616) dari hadis Ibn Abbas ra).
Di antara keistimewaannya, keumuman risalah beliau kepada bangsa jin, manusia, Arab, dan Ajam (non-Arab). Dari Jabir ra: “Rasulullah SAW bersabda, ‘Aku diberikan lima perkara yang tidak pernah diberikan kepada seorangpun sebelumku: Aku dimenangkan dengan rasa takut (pada musuh-musuhku) dari jarak satu bulan perjalanan, dijadikan tanah bagiku sebagai tempat sujud dan alat bersuci, maka dimanapun seseorang dari umatku memasuki waktu shalat, hendaklah ia shalat. Dihalalkan bagiku harta ghanimah (rampasan perang), padahal harta ghanimah itu tidak dihalalkan bagi siapapun sebelumku, diberikan kepadaku syafa’at, dan adalah nabi diutus khusus hanya kepada kaumnya, sedangkan aku diutus kepada manusia seluruhnya.” (HR. Bukhari (328) dan Muslim (521) dari hadis Jabir ra)
Di antara keistimewaannya, Allah SWT menjadikan umatnya sebagai umat terbaik dan menasakh (menghapus) seluruh syariat dengan syariatnya. Allah SWT berfirman:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia.” (Ali Imran: 110)
Allah SWT berfirman:
“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.” (At-Taubah: 33)
Dan Allah SWT berfirman:
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imran: 85)
Rasulullah Saw bersabda: “Tidak seorang pun dari umat ini (generasi ini), baik Yahudi maupun Nashrani yang mana telah mendengar seruanku, kemudian ia mati dalam keadaan tidak beriman kepada risalah yang kubawa, melainkan ia menjadi penghuni neraka.” (HR. Muslim (153) dari hadis Abu Hurairah).

Sifat dan karakteristik khusus Nabi Muhammad saw


- Rasulullah melihat apa yang ada di belakangnya, sebagaimana sabdanya: “Apakah kamu dapat melihat kiblatku disebelah sini? Demi Allah, tidak samar atasku rukukmu dan sujudmu. Sungguh aku melihat kamu sekalian dari belakang punggungku.” (HR. Syaikhani (Bukhari dan Muslim).


- Rasulullah SAW melihat apa yang tidak kita lihat dan mendengar apa yang tidak kita dengar, sebagaimana sabda beliau, “Sesungguhnya aku (dapat) melihat apa yang tidak kamu lihat, dan mendengar apa yang tidak kamu dengar.” (HR. Ahmad, Turmudzi, dan Ibnu Majah)


- Ketiak Nabi yang mulia putih warnanya. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Anas bin Malik ra yang berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya dalam berdoa sehingga terlihatlah warna putih ketiaknya.”


- Nabi Muhammad SAW terpelihara dari kebiasaan menguap. Sebagaimana Imam Bukhari meriwayatkan dalam At-Tarikh dan Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf serta Ibnu Sa’d dari Yazid ibn Al-Asham yang mengatakan: “Nabi Muhammad SAW tidak pernah menguap sama sekali.


- Keringat Rasulullah SAW harum baunya. Imam Muslim meriwayatkan dari Anas ra yang bercerita: “Rasulullah SAW pernah datang kepada kami. Beliau tidur siang di tempat kami. Ia tampak berkeringat. Lalu datanglah ibuku membawa sebuah botol. Ia berusaha menampung keringat Rasulullah. Rasulullah SAW terbangun. Ia bersabda: ‘Ya ummu Sulaim, apa yang engkau perbuat?’ Ia menjawab: ‘Keringat. Ia akan kami jadikan minyak wangi; pasti akan menjadi minyak wangi yang paling wangi’.”


- Rasulullah SAW tidak memiliki bayangan. Al-Hakim dan At-Turmudzi meriwayatkan dari Dzakwan: “Sesungguhnya Rasulullah SAW itu tidak ada bayangannya, baik dari sinar matahari maupun bulan.” Bagaimana tidak, beliau adalah cahaya di atas cahaya (nuron faaqo kulla nuur).


- Nabi Muhammad SAW tidak dihinggapi lalat. Al-Qadhi ‘Iyadh – dalam Asy-Syifa – dan Al-‘Azafi – dalam maulidnya – menyebutkan: “Di antara keistimewaan Nabi Muhammad SAW itu adalah beliau tidak dihinggapi lalat”. Ibn Sab’ menambahkan dalam Al-Khashaa-is, “Diantara keistimewaan Rasulullah SAW adalah kutu rambut tidak mampu menyakitinya.”


- Darah beliau adalah suci. Al-Bazzar, Abu Ya’la, At-Thabrani, Al-Hakim, Al-Baihaqi meriwayatkan dari Abdullah bin Az-Zubair bahw ia pernah mendatangi Rasulullah SAW ketika ia sedang berbekam. Setelah selesai berbekam, beliau bersabda: “Hai Abdullah, pergi dan bawalah darah ini lalu tumpahkanlah di tempat yang tidak ada siapa-siapa.” Ternyata ia meminumnya. Setelah ia kembali (kepada Rasulullah SAW), Rasulullah SAW bersabda: “Hai Abdullah apa yang engkau perbuat?” Ia menjawab: Aku letakkan darah itu di suatu tempat yang menurutku pasti tidak diketahui orang.” Rasulullah SAW bersabda, “Atau mungkin kau meminumnya?” “Ya” Jawab Abdullah. Ia bersabda, “Kecelakaanlah bagi manusia dari (sebab) kamu. Dan kecelakaanlah bagi kamu dari (sebab) manusia. Mereka tidak melihat kekuatan yang ada padanya (Abdullah) dari (karena) darah itu.”


- Mata Rasulullah SAW tidur tapi hatinya tidak. Beliau bersabda, “Mataku tidur tetapi hatiku tidak tidur.” (HR Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik ra)


- Rasulullah SAW terpelihara dari mimpi berjimak. Beliau bersabda, “Tidak ada seorang nabi pun mimpi berjimak (ihtilam). Sesungguhnya ihtilam itu dari setan.” (HR Thabrani)


- Air seni Rasulullah SAW adalah suci. Diriwayatkan oleh Al-Hasan bin Sufyan, dalam musnadnya, juga oleh Abu Ya’la, al-Hakim, Ad-Daruquthni, dan Abu Nu’aim dari Ummu Aiman yang mengatakan: “Nabi SAW bangun malam, lalu mencari kendi pada sudut rumah. Beliau buang air kecil padanya. Aku pun bangun malam dalam keadaan sangat haus. Maka aku memimun air yang ada dalam kendi itu. Di pagi hari aku beritahukan hal itu kepada Nabi. Beliau tertawa seraya bersabda, “Kamu tidak akan merasa sakit perut setelah hari ini untuk selamanya.”


Dan banyak lagi keistimewaan Nabi SAW lainnya yang tidak dapat disebut secara keseluruhan. Berikut adalah ringkasan mengenai keistimewaan Nabi Muhammad SAW yang disusun oleh sebagian ulama dalam bentuk nazham:


Nabi kita diistimewakan dengan sepuluh sifat
Ia tidak pernah berihtilam sama sekali
Tak ada padanya bayangan
Bumi menelan apa yang keluar darinya
Begitu pula lalat enggan mendekat
Kedua matanya tertidur, hatinya tak mendengkur
Terlihat olehnya apa yang ada di belakang seperti ia memandang
nya dari depan
Tidak pernah menguap, sifat yang ketujuh
Diikuti sifat lain, ia terkhitan ketika lahir
Binatang mengenalinya ketika ia menaikinya
Mereka datang dengan cepat tak pernah mengelak
Posisi duduknya melebihi posisi duduk sahabatnya
Allah melimpah shalawat kepadanya, pagi dan sore hari.

ORANGTUA DAN MOYANG RASULULLAH SAW SELURUHNYA BERTAUHID

Ketahuilah bahwa ayah ibu dan kakek nenek Rasulullah SAW seluruhnya bertauhid, mereka bukanlah orang-orang musyrik. Hal tersebut ditunjukkan oleh sabda Rasulullah SAW: "Allah senantiasa memindahkan aku dari sulbi-sulbi yang BAIK ke rahim-rahim yang SUCI," dikeluarkan oleh Ibn Asakir dan masih ada beberapa hadis lain yang semakna dengannya.
Allah SWT berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang MUSYRIK itu NAJIS." Maka wajiblah tak seorang pun dari kakek nenek beliau musyrik.
Banyak dari kalangan huffaz (penghapal) ahli hadis berpendapat bahwa Allah SWT pernah menghidupkan untuk beliau kedua orang tuanya, lalu keduanya beriman kepadanya. Mereka berargumentasi dengan hadis Aisyah ra bahwa Nabi SAW pernah mampir ke Hujun dalam keadaan sedih dan berduka cita. Lalu beliau tinggal di sana selama beberapa hari. Kemudian beliau kembali dalam keadaan gembira dan berkata, "Aku telah meminta kepada Tuhanku Azza wa Jalla, lalu Dia menghidupkan ibuku untukku, kemudian dia beriman kepadaku. Kemudian Allah mengembalikannya." Dikeluarkan oleh Ibn Syahin, Al-Khatib al-Baghdadi dalam As-Sabiq wa Al-Lahiq, Ad-Daruquthni, dan Ibn Asakir dalam Ghara'ib Malik.
Sementara As-Suhaili merilis dalam Ar-Raudh Al-Unuf dari Aisyah ra bahwa Rasulullah SAW pernah meminta kepada Tuhannya agar menghidupkan kedua orang tuanya. Lalu Tuhan menghidupkan mereka berdua untuknya, lalu keduanya beriman kepadanya. Kemudian Tuhan mematikan keduanya kembali. Hadis tersebut sekalipun dha'if dari segi ilmu hadis, akan tetapi statusnya shahih menurut sebagian ahli hakikat, sebagaimana yang diisyaratkan oleh sebagian mereka dengan perkataannya:
Aku yakin bahwa ayahanda Nabi dan ibundanya pernah dihidupkan oleh Tuhan yang Maha Mulia hingga keduanya bersaksi kepadanya akan kebenaran risalah, sungguh dan itu adalah karomah Al-Mukhtar Hadis ini dan orang yang mengatakan dha'ifnya adalah orang yang dhai'if dari hakikat yang nyata.
Maka selamatnya kedua orang tua Rasulullah SAW dan berimannya mereka, bahkan mendapatkan kedudukan terbesar ahli iman bagi keduanya, merupakan keyakinan kita. Hal tersebut didukung oleh kemuliaan derajat Rasulullah SAW dan ketinggian kedudukannya di sisi Tuhannya. Jika seseorang dari umatnya dapat meraih sebagian karunia dan rahmat Allah SWT melalui perantaraan beliau dan keberkahannya apa yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas di hati seorang manusia, lalu bagaimana bisa kedua orang tuanya tidak dapat meraih keberuntungan yang besar itu, padahal Allah telah menganugerahi keduanya kelebihan melahirkan beliau sebagai rahmat bagi semesta alam. Hal tersebut disebutkan oleh sebagian pensyarah hadis.
Keyakinan di atas sepintas nampak bertentangan dengan hadis yang terdapat dalam Shahih Muslim bahwa seorang lelaki pernah berkata kepada Nabi SAW: "Di mana ayahku?" Lalu beliau menjawab: "Ayahku dan ayahmu berada di neraka." Hadis ini ditolak oleh mayoritas ahli hadis dan ulama. Mereka mengatakan tidak boleh menghukumkan orang tua dan kakek nenek Rasulullah SAW atas dalil tersebut, karena lafaz "Ayahku dan ayahmu" tidak sepakat para perawi menyebutkannya. Yang menyebutkan hanya Hammad bin Salamah dari Tsabit dari Anas ra., yaitu jalur yang diriwayatkan oleh Muslim. Sementara Ma'mar meriwayatkannya dari Tsabit dengan lafaz yang berbeda di mana ia tidak menyebutkan: "Ayahku dan ayahmu berada di neraka," melainkan ia mengatakan: "Jika kau melewati satu kuburan orang kafir, maka kabarkanlah kepadanya tentang neraka", dan dalam lafaz ini sama sekali tidak terdapat dalil yang menunjukkan atas ayahanda beliau.
Kemudian Al-Bazzar, At-Thabrani dan Al-Baihaqi mengeluarkan hadis bahwa seorang Arab badui berkata, "Hai Rasulullah, di mana ayahku?" Beliau menjawab, "Di Neraka." Arab Badui itu kembali berkata, "Lalu di mana ayahmu?" Beliau menjawab, "Di mana pun kau melewati satu kuburan orang kafir, maka kabarkanlah kepadanya tentang neraka." Sanad hads ini menurut kriteria Bukhari dan Muslim, dan wajib bersandar kepada lafaz ini serta mendahulukannya dari lafaz-lafaz lain. As-Suyuthi telah menyebutkan hadis ini.
Semua hadis itu dinukil oleh Al-Allamah Umar bin Ahmad bin Abu Bakar bin Sumaith dalam kitabnya Hadiyyatu al-Ikhwan Syarh Aqidah al-Imani.
Demikian pula halnya hadis yang terdapat dalam shahih Muslim bahwa Nabi SAW pernah menziarahi kuburan ibundanya dan berkata, "Aku meminta izin kepada Tuhanku untuk menziarahi kuburannya, lalu Dia mengizinkan aku. Kemudian aku meminta izin kepada-Nya untuk memintakan ampunan untuknya, lalu Dia tidak mengizinkan aku." Hadis tersebut ditanggungkan maknanya bahwa itu terjadi sebelum ibundanya dihidupkan kembali dan beriman, dan keadaan iman bermanfaat sesudah mati merupakan satu keistimewaan khusus bagi keduanya dan karomah bagi beliau. Ambillah pendapat ini, niscaya kamu selamat. "Dan Allah menentukan siapa yang dikehendaki-Nya (untuk diberi) rahmat-Nya (kenabian), dan Allah mempunyai karunia yang besar." (Al-Baqarah: 105)